Insiden ini terjadi sehari setelah pemerintahan baru Afghanistan menandatangani kesepakatan mengenai pasukan Amerika Serikat tetap tinggal di negeri itu.
Kelompok Taliban yang menentang keras kesepakatan dengan AS tersebut, mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi bom bunuh diri itu terjadi pada Rabu pagi waktu setempat dan menargetkan kendaraan-kendaraan bus yang mengangkut para personel militer yang akan bekerja di ibukota Kabul.
"Ada dua serangan bunuh diri yang menargetkan bus-bus yang mengangkut personel militer nasional Afghan," tutur Farid Afzali, kepala departemen penyidik kepolisian Kabul seperti dikutip kantor berita AFP, Rabu (1/10/2014).
"Enam personel militer dan seorang warga sipil tewas dalam salah satu serangan, dan 15 orang terluka. Empat personel militer terluka dalam serangan lainnya," imbuhnya.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Afghan Jenderal Zahir Azimi mengkonfirmasi jumlah korban jiwa dan luka-luka tersebut.
Afghanistan dan Amerika Serikat pada Selasa, 30 September waktu setempat menandatangani kesepakatan keamanan bilateral yang telah lama tertunda. Sesuai kesepakatan tersebut, sekitar 10 ribu tentara AS akan tetap berada di Afghanistan hingga tahun depan.
Penekenan perjanjian tersebut dilakukan di hari pertama Presiden Ashraf Ghani menjabat sebagai presiden baru Afghanistan. Ini menandai satu langkah besar dalam memperbaiki hubungan yang menegang antara Kabul dan Washington.
(ita/ita)