Cerita Pecandu Miras dan Narkoba yang Ikut Program Bank Sampah Majelis Taklim

Cerita Pecandu Miras dan Narkoba yang Ikut Program Bank Sampah Majelis Taklim

- detikNews
Selasa, 30 Sep 2014 13:36 WIB
Foto: Taufan Noor Ismailian/detikcom
Jakarta - Bank Sampah Majelis Taklim memberikan program yang berbeda dari bank sampah serupa yang lebih dulu ada. Tidak hanya mengajarkan mengelola sampah, Bank Sampah yang satu ini juga memberikan pengajian terhadap nasabahnya.

"Dengan sampah kami telah mengobati orang dari sakit TBC, dari penyakit stroke, dari orang-orang pecandu minuman keras dan narkoba," kata Direktur Bank Sampah Majelis Taklim Iing Solihin di Kantor Bank Sampah Majelis Taklim, Kecamatan Koja, Jakarta Utara, Selasa (30/9/2014).

Pria yang akrab disapa Gus'in ini mengatakan, menyembuhkan para pecandu miras dan narkoba tidaklah mudah. Butuh kesabaran ekstra.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Awalnya saya memberitahukan kepada mereka untuk berhenti meminum miras dan menggunakan narkoba dan beberapa kali saya dihujat tapi saya sabar aja. Setelah itu, saya sarankan kalau mau mendapatkan uang, mereka dapat mengumpulkan sampah," jelasnya.

Namun saat mengumpulkan sampah, para pecandu narkoba dan peminum miras malah menipu Gus'in. Mereka menipu dengan memberikan sampah di dalam plastik berisi 7 botol dan berisi air, apabila ditotal sampah itu seberat 10 Kg.

"Itu 10 Kg mereka saya kasih 30 ribu. Tapi saya nggak marah dan sabar aja. Berikutnya, mereka kembali memberikan sampah 5 botol plastik tapi di bawahnya diberi batu bata dan semakin berat, tapi tetap saya kasih uang lagi," jelasnya.

"Uang kemudian mereka gunakan untuk membeli narkoba atau minuman keras," terang ayah 4 anak ini.

Selang beberapa lama, lantaran Gus'in tidak memberikan teguran atas ulah para nasabahnya yang nakal itu, mereka menjadi sadar dan merasa tidak enak hati. Mereka mulai insyaf dengan sendirinya dan berjanji mengumpulkan sampah olahan tanpa menipu lagi.

Gus'in menjelaskan, dengan cara menggunakan sampah, secara tidak langsung juga mengajarkan kejujuran. Mereka yang datang ke bank sampah juga diberikan dakwah.

"Pelan-pelan mereka akan berpikir dan mereka pelan-pelan juga akan berubah. Sekarang yang pecandu narkoba sudah sadar dan sekarang sudah pulang ke kampung halamannya. Dan kalau pecandu minuman keras sampai saat ini masih sering mengumpulkan sampah, dan setiap hari jam 5 sore selalu ke rumah saya," imbuhnya.

Selain itu, melalui sampah warga yang sakit TBC dan stroke juga dapat mendapat bantuan pengobatan setelah mereka mengumpulkan sampah dan ditukar dengan uang di Bank Sampah Majelis Taklim.

Dengan mengumpulkan sampah, mereka mendapatkan uang dan dapat berobat ke Puskesmas. "Ada juga ketika ada ibu-ibu orang tuanya sakit kena stroke, mengadu gimana mengobatinya. Saya bilang aja carilah Anda sampah, dan sehari dia bisa mendapatkan 5 karung sampah, uang itu untuk biaya pengobatan, alhamdulillah sekarang dia sembuh. Dan saya bersyukur setelah orang tuanya sembuh, sisa uangnya disedekahkan," ujarnya.

(tfn/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads