Payung dengan cepat muncul sebagai simbol unjuk rasa yang sejak Minggu, 28 September kemarin telah melumpuhkan pusat finansial Asia tersebut. Aksi demo yang dilakukan ribuan orang tersebut berubah ricuh setelah polisi melepaskan gas air mata dan semprotan merica ke lautan manusia.
Para demonstran tidak siap menghadapi tindakan aparat polisi tersebut. Maka payung pun menjadi senjata mereka untuk melindungi diri dari gas air mata dan semprotan merica.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang semprotan merica sudah menjadi sangat biasa, kami pun harus menggunakan payung untuk melawannya. Polisi punya perisai yang sangat berkualitas -- kami cuma punya payung," cetusnya seperti dilansir AFP, Senin (29/9/2014).
Kata-kata "umbrella revolution" sempat menjadi tren di media sosial hari ini. Dalam aksi demonya, para demonstran memprotes kebijakan pemerintah pusat di Beijing yang menghapus pemilihan kepala pemerintahan Hong Kong secara langsung. Sebagian besar demonstran adalah mahasiswa dan para pelajar SMA, yang pekan lalu memboikot kelas-kelas sebagai upaya menekan pemerintah Beijing.
Pada bulan lalu, Beijing mengeluarkan kebijakan menghapuskan sistem pemilihan langsung untuk pemimpin kota Hong Kong di periode mendatang. Dengan ini China ingin memastikan pemimpin Hong Kong berikutnya loyal pada Beijing.
Para pemimpin partai komunis di Beijing khawatir bila Hong Kong dibiarkan dengan sistem yang berlaku sekarang, tuntutan demokratisasi bisa menjalar di kawasan China daratan.
(ita/ita)