Melihat Renovasi Lawang Sewu agar Imej Horornya Hilang Akhir Tahun ini

Melihat Renovasi Lawang Sewu agar Imej Horornya Hilang Akhir Tahun ini

- detikNews
Sabtu, 27 Sep 2014 11:09 WIB
Foto: Angling Adhitya P/detikcom
Semarang - Gedung bersejarah di Semarang, Lawang Sewu kembali direnovasi. Setelah direnovasi, kesan seram di gedung peninggalan Belanda itu akan benar-benar hilang.

Sejak tahun 2010, renovasi sudah dilakukan mulai dari gedung A dan C sebagai cagar budaya. Gedung tersebut kini sudah kembali indah seperti tahun 1904 ketika selesai dibangun. Kini giliran gedung B, D, dan E yang masih terlihat horor masih dalam perbaikan.

Renovasi gedung B, D, dan E berbeda dengan gedung yang sudah direnovasi sebelumnya. Hal itu karena bahan bangunan yang digunakan berbeda. Gedung A dan C menggunakan bahan dari luar negeri, sedangkan lainnya menggunakan bahan lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Renovasi penambalan bagian yang berlubang tidak pakai semen, tapi bligon, batu bata yang ditumbuk," kata Manajer Museum PT KAI, Sapto Hartoyo saat ditemui detikcom di Lawang Sewu, Semarang, Sabtu (27/9/2014).

Selain ditambal, renovasi meliputi pengecatan dinding, pintu, perbaikan plafon, dan lantai. Direncanakan renovasi bisa diselesaikan akhir tahun 2014 sehingga awal tahun 2015 bisa diresmikan.

"Anggarannya Rp 1,6 miliar dari PT KAI," tandas Sapto.

Tidak seperti gedung A yang hanya boleh dimasuki orang-orang tertentu, gedung B Lawang Sewu justru akan disewakan untuk pertokoan dan perkantoran, sedangkan gedung D akan digunakan untuk cafe.

"Gedung D itu dulunya kantin, akan dikembalikan seperti semula. Loteng bisa buat olahraga badminton dan sebagainya. Dulunya saat dipakai Kodam juga buat olah raga, saat jaman Belanda untuk tempat arsip," ujar Sapto.

"Untuk ruang bawah tanah belum (direnovasi)," imbuhnya.

Dengan renovasi tersebut akhir tahun mendatang imej horor Lawang Sewu akan benar-benar hilang. Kegiatan supranatural pun sudah tidak diperbolehkan di sana. Sapto menegaskan pihaknya akan benar-benar menjaga kebersihan kawasan Lawang Sewu karena beberapa wisatawan masih tidak memperhatikan kebersihan.

"Di tembok-tembok tidak sedikit ada bekas jejak sepatu. Kalau gedung B sudah jadi akan ada beberapa petugas yang keliling," tegasnya.

Jika semua renovasi sudah selesai, wisatawan tidak hanya menikmati megahnya bangunan lawang sewu, namun juga disuguhi berbagai fasilitas seperti cafe dan lainnya. Bahkan bisa juga melakukan sesi foto prewedding di gedung A dengan harga Rp 330 ribu per jam.

"Harga tiket masuk tidak naik, masih Rp 10 ribu untuk orang dewasa dan Rp 5 ribu untuk anak-anak," tandas mantan Humas PT KAI Daop IV itu.

Gedung bangunan Belanda itu awalnya merupakan kantor Niederlands Indische Spoorweg Maatschappij dan bernama Wilhelminaplein. Gedung A dibangun tahun 1902-1904, sedangkan lainnya mulai dibangun 1916-1918 dengan bahan material lokal.

Lawang Sewu juga digunakan oleh PT KAI yang dulu bernama DKARI. Kemudian sempat menjadi kantor Kodam dan Kanwil Kementrian Perhubungan Jateng. Setelah tidak digunakan bertahun-tahun oleh Kanwil Kementerian Perhubungan, Lawang Sewu, kembali dikelola PT KAI karena imej gedung megah tersebut menjadi tempat yang dikenal seram.

"Wah, dulu sangat tidak terurus. Sejak dipugar pengunjungnya meningkat. Bahkan tahun ini meningkat 200 persen dari tahun sebelumnya," kata Sapto.

"Sekarang sudah tidak seram lagi," pungkasnya.

(alg/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads