"Saya sering jadi juru ketiknya. Beliau ini wartawan. Setiap hari menulis, kemana pun bawa tape recorder kecil dan kamera. Setiap hari menulis surat juga. Dia akan menulis masalah di koran itu. Beliau akan ngomong, saya akan ngetik," kata Anies di sela-sela peluncuran dan diskusi buku biografi Abdul Rahman Baswedan di Auditorium Museum Nasional, Jakarta Pusat, Kamis (25/9/2014).
Anies juga mengingat kalau kakeknya termasuk sosok yang berani mengambil pilihan hidup dengan orang lain pada umumnya. Seperti misalnya, kata dia, ketika sosok almarhum kakek yang berani turun 'kasta' dari kelas dua orang timur asing untuk menjadi orang pribumi.
"Turun sebagai warga negara kelas tiga, dan itu sangat tidak populer. Dan, sikap itu sebuah keberanian, berpikir, melampaui zamannya karena melepaskan kemewahan warga negara kelas II menjadi kelas III," sebut Rektor non aktif Universitas Paramadina itu.
Adapun sosok Abdul Rahman Baswedan merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang akan menerima kehormatan selaku founding fathers (bapak bangsa). Salah satu peran BPUPKI saat itu merancang UUD untuk negara Indonesia yang dikenal dengan UUD 1945.
AR Baswedan juga pernah mendapat penghargaan kehormatan Bintang Maha Putera Adipradana oleh Presiden SBY pada Agustus tahun lalu.
Sementera, dalam buku biografi terbaru AR Baswedan menceritakan tentang riwayat hidupnya dari pendidikan, sosialisasi pergaulan hingga kiprah di politik. Buku ini sebelumnya sudah diterbitkan pada 1984 dan sekarang kembali disusun oleh sejarawan Didi Kwartanada.
(hat/fdn)