Atasi Demam Berdarah, UGM Perluas Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia

Atasi Demam Berdarah, UGM Perluas Pelepasan Nyamuk Ber-Wolbachia

- detikNews
Kamis, 25 Sep 2014 15:41 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikcom
Sleman - Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) terus mengembangkan metode Wolbachia untuk mengurangi penularan virus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Meski dalam waktu kurun 40 tahun terakhir terlihat angka kematian akibat DBD menurun. Namun jumlah penderita atau angka kesakitan cenderung meningkat.

Untuk mengatasi hal tersebut peneliti dari Eliminate Dengue Project (EDP) UGM menggunakan nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung bakteri Wolbachia untuk menghambat perkembangan replikasi virus Dengue pada nyamuk tersebut.

Salah satu cara untuk mencegah adalah dengan pelepasan nyamuk ber-wolbachia. Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada sel tubuh serangga dan ditemukan di 60 persen spesies serangga seperti ngengat, lalat buah, capung, kumbang hingga nyamuk. Namun bakteri ini tidak ada pada nyamuk Aedes aegypti yang selama ini dikenal sebagai vektor penular virus Dengue.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pelepasan nyamuk setiap pekan ini akan terus kita lanjutkan hingga nantinya 100 persen nyamuk di sana memiliki Wolbachia," kata peneliti EDP UGM, dr Riris Andono Ahmad MPH, PhD, kepada wartawandi kantor EDP, Sekip N-14, Kampus UGM, Kamis (25/9/2014).

Doni mengatakan metode ini tengah diteliti dengan melepaskan ribuan nyamuk ber-wolbachia di dua padukuhan, yakni Kronggahan dan Nogotirto, Sleman. Masing-masing setiap rumah disebar hingga 8-10 ekor nyamuk.

Selama 9 bulan pasca pelepasan sejak awal tahun 2014, di dua wilayah penelitian tersebut diketahui ada peningkatan populasi nyamuk ber-Wolbachia hingga 60-80 persen. Peneliti mengklaim wolbachia terus menyebar dalam populasi nyamuk setempat.

Menurut Doni, besar kemungkinan pelepasan nyamuk ber-wolbachia ini akan diperluas wilayahnya di masa mendatang setelah mendapatkan hasil dari penelitian dan pengamatan di dua tempat tersebut. Rencananya dalam waktu dekat, EDP juga akan melepas nyamuk ber-Wolbachia di empat lokasi di Kabupaten Bantul dan Sleman.

"Hasilnya ke arah positif. Nyamuk ber-wolbachia bisa berkembang biak mengikuti fase alamiahnya," kata pakar ilmu kedokteran tropis itu.

Dia memaparkan pelepasan nyamuk Aedes aegypti di Krongahan dan Nogotirto sudah dimulai sejak awal Januari lalu. Hasilnya, diketahui sebagian besar nyamuk yang mengandung Wolbachia tersebut kawin dengan nyamuk biasa.

"Dipastikan Wolbachia akan diturunkan dari induk betina ke generasi selanjutnya," ungkapnya.

Menurutnya, kemampuan wolbachia menghambat dan menekan replikasi Dengue disebabkan kemampuan bakteri ini dalam berkompetisi dengan virus Dengue merebut makanan di dalam sel tubuh nyamuk.

"Adanya wolbachia justru meningkatkan ketahanan tubuh nyamuk dari virus Dengue,' katanya.

Tapi apakah orang bisa tertular Wolbachia lewat gigitan nyamuk? Peneliti EDP lainnya, dr. Eggi Arguni, Sp.A(K), menuturkan sangat kecil kemungkinan nyamuk bisa menularkan Wolbachia ke manusia lewat gigitannya. Soalnya diameter Wolbachia melebihi dari probosis, bagian dari mulut nyamuk untuk menghisap darah dan menembus kulit manusia.

"Diameter wolbachia lebih besar dari probosis nyamuk. Secara teori tidak mungkin menular. Apalagi wolbachia tidak bisa hidup di sel mamalia," imbuhnya.

Menurut dia setiap nyamuk yang dilepas di rumah-rumah penduduk sebelumnya telah diskrining agar bebas dari virus dengue dan chikungunya.

Adanya kekhawatiran dan penolakan kelompok masyarakat sebelumnya karena ada anggapan pelepasan nyamuk ber-Wolbachia akan memperbesar risiko penularan DBD ternyata tidak terbukti.

Menurutnya, selama 9 bulan pasca pelepasan nyamuk, hanya 9 kasus DBD yang ditemukan. Itupun masih disangsikan apakah korban DBD tersebut terkena gigitan di daerah tempat tinggalnya atau di tempat lain.

"Kemungkinan tertular di tempat yang lain sangat besar. Tapi yang perlu kita tegaskan, tidak ada penularan lokal di kedua wilayah tersebut. Kita belum menemukan indikasi itu," kata Eggi.

Dia menambahkan penelitian bersama yang melibatkan beberapa negara seperti Australia, Vietnam, Brasil dan Kolombia ini saat ini masih terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Jika nantinya terbukti efektif, tidak menutup kemungkinan pemanfaatan nyamuk ber-Wolbachia bisa menjadi alternatif untuk mengatasi penyebaran virus dengue di Indonesia.

(bgs/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads