Andi yang berusia 46 tahun, adalah Koordinator Pelaksana Bendung Air Katulampa yang berada di bawah naungan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kota Bogor. Berbaju seragam Dinas PU berwarna merah dan peci hitam, pria berkacamata itu ramah saat menerima kunjungan detikcom ke kantornya, Kamis (25/9/2014).
Sejak tahun 1987, Andi sudah bekerja di Katulampa. Kala itu, dia baru saja lulus SMA, namun ditolak saat melamar ke TNI. Akhirnya dia mengajukan diri jadi pegawai Dinas PU Pengairan. Sebelum jadi kepala pemantau, dia pernah bertugas sebagai pemeriksa saluran dan penjaga pintu air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain memonitor debit air, Andi dibantu 8 anak buahnya juga rajin membersihkan sampah di Ciliwung. Mereka turun ke sungai untuk memunguti sampah dari hulu kawasan Puncak, Bogor.
"Senin dan Kamis kami ngangkat sampah. Selain itu, juga bersih-bersih sampai bikin tanggul, supaya air masuk ke irigasi," terangnya.
Banyak pengalaman yang dilihat Andi selama kurang lebih bekerja 27 tahun di Katulampa. Dia pernah menyaksikan tingginya debit air yang melewati bendung di tahun 1996, 2007 dan 2010. Itu adalah masa-masa kelam yang membuat Jakarta 'tenggelam'.
"Tahun 2007, bahkan ada banjir tiba-tiba saat Magrib. Puncak hujan deras, tiba-tiba air sudah masuk rumah warga di dekat Katulampa. Saya sampai kaget," terangnya.
Pria berkacamata ini kemudian membandingkan peralatan kerja di era 90-an dengan sekarang. Menurutnya, sekarang proses penyampaian informasi soal kondisi Katulampa sudah lebih mudah. Sebab, sudah ditunjang dengan CCTV, internet, SMS dan telepon. Dulu, dia hanya punya sarana telepon saja.
"Dulu cuma telepon aja sama HP jadul. Sekarang semua bisa memantau," ucapnya.
Pekerjaan yang dilakukan Andi tergolong gampang-gampang susah. Dalam kondisi normal, dia memang bisa sedikit bernafas lega. Namun saat musim hujan tiba, itulah masa-masa sibuknya bertugas.
"Kita harus siaga terus 24 jam, nggak ada liburnya," tutur Andi menutup pembicaraan.
(mad/nrl)