SBY berpidato dalam sidang yang digelar di Assembly Hall, Markas Besar PBB, New York, Rabu (24/9/2014). Dia mendapat urutan ke 14 setelah Presiden Finlandia. SBY berpidato sejak pukul 13.25 selama sekitar 25 menit.
Dalam pidatonya, SBY membeberkan berbagai hal, salah satunya menceritakan pengalaman di Indonesia dan Asean. "Pengalaman Indonesia dan pengalaman di Asia Tenggara menggarisbawahi fajar era baru globalisasi untuk abad ke-21. Sebuah dunia yang secara terbuka merangkul perubahan ," kata SBY.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan semangat ini, lanjut SBY, diharapkan dapat mengakhiri siklus kekerasan, kebencian, ketakutan dan penghinaan yang telah membuat begitu banyak konflik di seluruh dunia yang mengeras selama puluhan tahun dan berabad-abad.
"Saya bukanlah seorang utopis maupun idealis buta dalam memahami hubungan internasional. Tapi saya percaya bahwa dengan komitmen yang kuat dan kemauan politik, kita dapat membuat tidak mungkin menjadi mungkin," ujar SBY.
"Seperti yang kita katakan di Indonesia, "di mana ada kemauan, disitu ada jalan," kata SBY yang menyelipkan bahasa Indonesia. Dengan bahasa Indonesia itu, SBY pun mendapat tepukan. Lantas, SBY pun mengulangi istilah itu dalam bahasa Inggris, "Where there is a will, there is a way."
Menurut SBY, saat ini merupakan waktu yang baik bagi semua pihak untuk masuk ke bisnis yang serius membangun dunia baru yang damai, makmur, dan adil. "Bisnis membuat setiap orang menjadi pemenang," kata dia.
Pengalaman Indonesia
Dalam pidatonya, SBY merasa Indonesia mendapat kehormatan besar bisa membentuk ikatan yang lebih erat antara Indonesia dan semua bangsa yang tergabung di PBB. "Ketika saya melihat kembali, saya harus mengakui bahwa masih banyak tantangan yang Indonesia harus selesaikan. Dan beberapa upaya kami sudah di jalur yang benar," kata dia.
Dalam upaya mengantisipasi perubahan iklim, Indonesia berani melakukan tindakan progresif danberani menerapkan moratorium deforestasi - yang menjadi kontribusi penting dalam melakukan pengurangan emisi karbon. "Dalam dunia ketidakpastian ekonomi, kami juga telah meningkatkan pendapatan nasional per kapita sebesar 400 persen hanya dalam satu dekade (10 tahun)," kata SBY.
Dalam penanganan terorisme, Indonesia terus memegang teguh nilai-nilai kebebasan, toleransi, modernisasi dan multikulturalisme. Dalam penanganan pemberontakan, Indonesia juga telah berhasil menemukan solusi politik damai permanen untuk mengakhiri konflik 30 tahun di provinsi Aceh.
Indonesia juga telah membuka bab baru seluruh hubungan damai dengan Timor-Leste, berdasarkan kesetaraan dan saling menghormati. Indonesia juga terus damai menyelesaikan satu per satu tumpang tindih perbatasan maritim - dengan Vietnam, dengan Filipina, dengan Singapura, dan lain-lain.
(asy/mpr)