Presiden AS Barack Obama berbicara berapi-api di depan Sidang Majelis Umum ke-69 Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dia menyoroti kekerasan, ekstremisme dan terorisme yang marak terjadi, seperti tindakan Rusia di Ukraina dan kebrutalan Al Qaeda dan Islamic State on Iraq and Syiria (ISIS). Obama minta dunia bersama-sama bertindak tegas terhadap Al Qaeda dan ISIS.
Obama menjadi pembicara ketiga dalam sidang yang digelar di Assembly Hall, Markas Besar PBB, New York, Rabu (24/9/2014). Obama mengawali pidatonya dengan membeberkan sejumlah kemajuan dalam keterlibatan PBB. Antara lain prospek perang di antara negara besar berkurang, jumlah anggota PBB semakin banyak, ratusan juga orang telah dientaskan dari kemiskinan dan menguatnya ekonomi dunia setelah muncul krisis keuangan terburuk.
Namun, di antara kemajuan-kemajuan itu, terselip kegelisahan. "Wabah Ebola di Afrika Barat yang berpotensi menyebar ke wilayah lain, agresi Rusia di Eropa yang terkesan ambisius, dan kebrutalan teroris di Suriah dan Irak, memaksa kita melihat ada kegelapan. Masalah-masalah ini perlu penyelesaian mendesak," kata Obama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Obama menegaskan semua negara besar dan kecil harus memenuhi tanggung jawab untuk mengawasi dan menegakkan norma-norma internasional. "Seratus tahun yang lalu, Perang Dunia merenggut nyawa jutaan orang. Ini membuktikan bahwa dengan kekuatan yang mengerikan dan persenjataan modern, mengantarkan banyak orang ke kuburan. Saat ini, akan muncul kembali kekuatan fasisme dan supremasi ras," kata Obama.
"PBB dibentuk untuk memastikan bahwa tidak ada bangsa bisa menundukkan tetangganya dan mengklaim wilayah mereka," ujar Obama yang memberikan contoh aneksasi Rusia terhadap Ukraina.
"Apakah kita akan memecahkan masalah kita bersama-sama, dalam semangat kepentingan bersama dan saling menghormati, atau apakah kita turun ke persaingan destruktif dari masa lalu. Ketika negara menemukan kesamaan, tidak hanya berdasarkan kekuasaan, tetapi pada prinsip, maka kita dapat membuat kemajuan besar. Dan saya berdiri di hadapan Anda hari ini berkomitmen untuk menginvestasikan kekuatan Amerika dalam bekerja dengan negara-negara untuk mengatasi masalah yang kita hadapi di abad ke-21," imbuh Obama.
Obama mencontohkan Amerika yang telah mengirim dokter dan ilmuwan yang didukung militer menangani wabah Ebola di Afrika Barat. "Tapi kita perlu upaya yang lebih luas untuk menghentikan penyakit yang bisa membunuh ratusan ribu orang, menimbulkan penderitaan yang mengerikan ,mengacaukan ekonomi, dan bergerak cepat melintasi perbatasan," ujar Obama.
"Itu sebabnya kami akan terus memobilisasi negara-negara lain untuk bergabung dengan kami dalam membuat komitmen konkret untuk memerangi wabah ini, dan meningkatkan keamanan kesehatan global untuk jangka panjang," lanjut Obama.
Amerika, kata Obama, juga sedang mengejar pengurangan emisi karbon. "Tapi kita hanya bisa berhasil dalam memerangi perubahan iklim jika kita bergabung dalam upaya ini dengan kekuatan yang besar. Itulah bagaimana kita bisa melindungi planet ini untuk anak cucu kita," kata Obama.
Obama juga menitikberatkan kasus terorisme. Menurut dia, terorisme bukan hal baru. Pada abad ke-20 teror dipakai oleh segala macam kelompok yang gagal mendapatkan kekuasaan. "Namun dalam abad ini, kita menghadapi bentuk terorisme yang lebih mematikan dan ideologi teroris yang telah menyimpang dari salah satu agama besar di dunia," kata dia. "Merekamembunuh warga sipil tak berdosa dan menggunakan metode yang paling brutal untuk mengintimidasi orang-orang dalam komunitas mereka," ujar Obama.
Dalam pidatonya, Obama juga menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah berperang dengan Islam. "Islam mengajarkan perdamaian. Muslim di seluruh dunia bercita-cita untuk hidup dengan martabat dan rasa keadilan. Dan ketika datang ke Amerika, tidak ada lagi 'kita dan mereka', yang ada hanya 'kami', karena jutaan Muslim Amerika merupakan bagian dari struktur negara kita," tegas Obama.
Untuk menjawab tantangan ini, Obama mengajak dunia fokus pada empat bidang. Pertama, kelompok teroris yang dikenal sebagai ISIS harus terdegradasi, dan akhirnya hancur.
"Kelompok ini telah meneror semua orang yang mereka temui di Irak dan Suriah. Ibu-ibu, saudara perempuan dan anak perempuan telah mengalami perkosaan sebagai tawanan perang. Anak-anak tak berdosa telah ditembak mati. Mayat telah dibuang di kuburan massal. Minoritas agama telah mati kelaparan. Dalam kejahatan yang paling mengerikan, manusia tak berdosa telah dipenggal, dengan video kekejaman dan didistribusikan untuk mengejutkan hati nurani dunia," kata Obama geram.
Amerika, kata Obama, akan terus berupaya memotong pendaaan terhadap mereka dan menghentikan orang-orang yang bergabung ke mereka. "Sudah, lebih dari 40 negara telah menawarkan untuk bergabung koalisi ini. Hari ini, saya meminta dunia untuk bergabung dalam upaya ini," kata Obama yang saat berpidato selalu bermimik serius.
Kedua, sudah saatnya dunia - terutama masyarakat Muslim - untuk secara eksplisit, tegas, dan konsisten menolak ideologi Al-Qaidah dan ISIS.
Ketiga, dunia harus mengatasi siklus konflik - terutama konflik sektarian - yang bisa memunculkan terorisme. "Perang sipil brutal di Suriah telah menewaskan hampir 200.000 orang dan jutaan pengungsi. Irak mendekati terjun kembali ke dalam jurang. Konflik telah menciptakan lahan subur bagi perekrutan teroris yang pasti akan memunculkan kekerasan," ujar dia.
Keempat, negara-negara dunia Arab dan Muslim harus fokus untuk memberdayakan potensi masyarakatnya, khususnya pemuda.
"Di sini saya ingin berbicara langsung kepada orang-orang muda di seluruh dunia Muslim. Anda berasal dari tradisi besar yang berbuat untuk pendidikan, bukan kebodohan, inovasi, bukan kehancuran, martabat kehidupan, tidak melakukan pembunuhan," kata Obama.
Sebut Indonesia Sebagai Contoh
Presiden Obama juga memberikan contoh-contoh negara-negara yang melakukan perubahan-perubahan positif. Menurut Obama, perubahan positif itu tidak perlu mengorbankan tradisi dan iman. Obama mencontohkan negara-negara seperti Irak, Tunisia, Senegal, Malaysia, dan Indonesia.
Kami melihat di Tunisia, di mana partai-partai sekuler dan Islam bekerja sama melalui proses politik untuk menghasilkan konstitusi baru. Kami melihatnya di Senegal, di mana masyarakat sipil tumbuh subur berdampingan dengan pemerintahan demokratis yang kuat. Kami melihatnya di Malaysia, di mana kewirausahaan hidup dan mendorong bekas koloni itu ke dalam jajaran negara maju. Dan kita lihat di Indonesia, di mana apa yang dimulai sebagai transisi kekerasan telah berkembang menjadi sebuah demokrasi yang sejati," kata Obama.
(asy/mpr)