Sidang MU ke-69 PBB ini digelar di Assembly Hall, Markas Besar PBB, New York, Rabu (24/9/2014). Ruang sidang yang baru saja direnovasi ini dihadiri 193 kepala negara/pemerintahan. Namun, dari jumlah itu, hanya 38 kepala negara/pemerintahan yang diberi kesempatan berbicara di depan sidang ini, termasuk Presiden SBY.
Dalam pidatonya, Ki-Moon memberikan warning dengan kalimat 'fasten seat belt' (kencangkan sabuk pengaman). Dia mengingatkan kepada para pemimpin negara untuk membuat kepemimpinan yang tegas saat ini karena hantu dan Perang Dingin telah kembali dan terjadi kekerasan di negeri-negeri Arab.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini mungkin tampak seolah-olah dunia berantakan, karena krisis menumpuk dan menyebar penyakit. Namun, kepemimpinan justru tentang menemukan benih-benih harapan dan memelihara mereka ke sesuatu yang lebih besar. Itu adalah tugas kita. Itulah panggilan saya kepada Anda hari ini, " lanjut Ban Ki-Moon.
Ki-Moon secara terang-terangan mengatakan betapa diplomasi kini sedang menghadapi ujian dan diremehkan oleh mereka yang lebih percaya pada aksi kekerasan. Keragaman pandangan justru diserang oleh ekstrimis yang yakin bahwa cara mereka adalah satu-satunya cara terbaik.
Dalam pidatonya yang menggunakan dua bahasa - Inggris dan Perancis -, Ban Ki-Moon menyinggung kelompok militan ISIS yang kini menguasai sebagian Suriah dan Irak Utara. Dia menyitir pernyataan para pemimpin muslim di seluruh dunia, tidak satu pun tindakan kelompok teroris itu yang mencerminkan ajaran Islam. "Kelompok militan itu jelas merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan dunia," jelasnya.
Ban Ki-Moon juga menyoroti tindakan nyata terhadap isu lingkungan hidup. Ia berharap KTT Iklim yang digelar Selasa (23/9/2014) kemarin merupakan terobosan penting dalam upaya merancang tindakan nyata untuk mengurangi emisi, membangunan ketahanan lingkungan dan menggalang bantuan finansial. KTT Iklim ini dihadiri para pemimpin negara, NGO, kalangan bisnis dan lainnya.
"KTT Iklim itu seharusnya ditindaklanjuti dalam perjanjian iklim yang lebih universal di Kota Lima bulan Desember 2014 dan di Paris pada awal 2015 mendatang," pesan Ban Ki-moon.
Terkait krisis Ebola di Afrika Barat, Sekjen PBB Ban Ki-Moon menyampaikan upaya PBB untuk mengatasi virus mematikan itu. Yaitu dengan membentuk operasi kesehatan yang belum pernah dilakukan PBB sebelumnya lewat 'Misi PBB Untuk Menanggapi Darurat Ebola' UNMEER, yang sudah tiba di Ghana dua hari lalu. Selain memberi bantuan medis, Ban Ki-Moon menyoroti perlunya mengatasi kelangkaan pangan yang terjadi akibat penutupan pintu-pintu perbatasan dan larangan terbang atau perjalanan ke negara-negara yang terjangkit Ebola
Ban Ki-Moon juga menyinggung soal krisis di Sudan Selatan, Republik Afrika Tengah, Mali dan Sahel, Somalia dan Nigeria.
Di akhir pidatonya, Ki-Moon menekankan peran manusia dalam menciptakan banyak krisis dunia saat ini dan tanggung jawabnya untuk mengakhirinya. "Hari ini kita hadapi jauh lebih banyak krisis buatan manusia daripada bencana alam. Kita mungkin tidak mengendalikan alam, tapi siapa lagi tapi kita bertanggung jawab untuk mengamankan perdamaian dan keadilan di dunia saat ini?" tutup Ki-Moon.
(asy/mpr)











































