Dipimpin SBY, GGGI Mainkan Peran Kunci dalam Green Economy

Laporan dari New York

Dipimpin SBY, GGGI Mainkan Peran Kunci dalam Green Economy

- detikNews
Rabu, 24 Sep 2014 15:20 WIB
Cahyo Bruri Sasmito/Setpres
New York - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) resmi menerima tawaran untuk menjadi Presiden Majelis sekaligus Ketua Dewan Global Green Growth Institute (GGGI). SBY berkomitmen GGGI akan memainkan peran kunci dalam pertumbuhan hijau, pertumbuhan ekonomi yang berwawasan lingkungan.

"Saya yakin GGGI dapat memainkan peran kunci dalam mengarusutamakan pertumbuhan hijau, pertumbuhan berwawasan lingkungan. GGGI harus menjadi yang terdepan dari pembahasan mengenai isu-isu global," kata Presiden SBY dalam pidato penerimaannya sebagai pemimpin GGGI di Markas PBB, New York, Selasa (23/9/2014) sore waktu setempat.

SBY menggantikan Lars Lokke Rasmussen dan Bharrat Jagdeo sekaligus, yang saat ini menjabat Ketua Dewan dan Presiden Majelis GGGI. Rasmussen merupakan mantan PM Denmark, sedangkan Jagdeo mantan PM Guyana. SBY akan memulai mengemban dua jabatan ini pada 18 November 2014. Pada saat itu, SBY sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden Indonesia. Organisasi ini berpusat di Seoul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

GGGI memiliki dua badan, yakni Majelis dan Dewan. Majelis merupakan organ tertinggi, sedangkan Dewan bertindak sebagai eksekutif. Organisasi ini memiliki kantor operasi di lima benua dan memiliki 20 negara anggota. Lembaga ini bertujuan membantu memberikan asistensi pada negara-negara berkembang dalam merumuskan pembangunan yang ramah lingkungan. GGGI juga memberikan asistensi bagi program kerja sama pemerintah dan swasta.

Penerimaan SBY sebagai pemimpin GGGI ini digelar dalam sebuah resepsi di salah satu ruang di markas PBB secara sederhana yang dibuat oleh Korea Selatan, sebagai negara inisiator organisasi ini. Hadir dalam resepsi ini, Presiden Korsel Park Geun-hye, Rasmussen, Jagdeo, serta Dirjen Yvo de Boer yang pernah datang ke Jakarta untuk meminta kesediaan SBY memimpin GGGI pada 9 September lalu. Hadir pula perwakilan negara-negara anggota GGGI.

Atas kepercayaan memimpin GGGI ini, SBY menganggap hal ini sebagai pengakuan atas pencapaian Indonesia dalam mengarusutamakan ekonomi berwawasan lingkungan(green economy). SBY merasa bangga atas kehormatan dan kepercayaan untuk memimpin GGGI.

"Konservasi lingkungan telah menjadi gairah saya pribadi. Pada saat yang sama hal itu juga menjadi masalah penting, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga untuk dunia pada umumnya," kata Presiden SBY.

SBY yakin GGGI akan bisa berperan efektif di dunia internasional. "Saya yakin GGGI dapat memainkan peran kunci untuk mengarusutamakan pertumbuhan hijau, pertumbuhan berwawasan lingkungan. GGGI harus menjadi yang terdepan dari pembahasan mengenai isu-isu global," kata SBY.

Dalam pidatonya, SBY juga menjelaskan posisi Indonesia dalam upaya menciptakan pertumbuhan berwawasan lingkungan. Selama ini, kata SBY, Indonesia telah memiliki pertumbuhan berwawasan lingkungan sebagai paradigma pembangunan. Hal ini didasarkan pada komitmen untuk efisiensi dengan penekanan besar pada nilai sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta pemberantasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja. Sementara pada saat yang sama memastikan pertumbuhan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.

Indonesia juga ingin memastikan pertumbuhan yang kuat, seimbang, berkelanjutan, dan inklusif tanpa merusak lingkungan. Dengan pendekatan ini, perekonomian Indonesia mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata 5,9 persen dari tahun 2009 hingga 2013 dan angka kemiskinan turun dari 19,4 persen pada tahun 2000 menjadi 11,3 persen pada 2013. Indonesia juga berkomitmen menurunkan 26 persen emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 dan akan menjadi 41 persen dengan dukungan internasional.

Presiden SBY bersyukur bahwa GGGI berkomitmen untuk mendukung upaya-upaya Indonesia untuk melakukan pertumbuhan berwawasan lingkungan. "Kami menghargai program institut untuki Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi (REDD+), yang merupakan katalis pertumbuhan hijau di Provinsi Indonesia Tengah dan Kalimantan Timur," jelas SBY.

Pada kesempatan itu, Presiden SBY juga menyampaikan penghargaan tinggi kepada Bharrat Jagdeo dan Lars Rasmussen atas dedikasi dan prestasi mereka. SBY juga mengucapkan selamat kepada GGGI yang telah menjadi forum internasional terkemuka dalam waktu yang singkat.

"Terakhir, saya memiliki keyakinan bahwa GGGI akan menemukan jalur inovatif untuk kemitraan global untuk penyelarasan yang efektif antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan. Saya berharap bisa bekerja dengan Anda dan anggota GGGI lainnya dalam upaya ini," ujar SBY.

Sementara itu, Presiden Korsel Park Geun-hye menjelaskan alasannya meminta SBY memimpin GGGI. Indonesia, ujar Park, kini telah menjadi bagian dari solusi, sehingga dunia menempatkan pelestarian hutan sebagai bagian inti dari permasalahn lingkungan. "Ini berkat upaya keras Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden SBY," kata Park Geun-hye.


Menurut dia, dunia internasional menaruh kepercayaan kepada SBY selaku pribadi dan kepala negara dan pemerintahan. Dunia mengakui kontribusi Indonesia baik secara formal maupun informal atas pengelolaan masalah lingkungan pada umumnya.

"Indonesia adalah negara yang mampu menjembatani berbagai kepentingan yang perlu direkonsiliasikan," kata Park yang berpidato menggunakan bahasa Korea itu.


Park menggarisbawahi GGGI perlu mewujudkan kemitraan antara pemerintah, masyarakat madani, akademisi, dan pelaku usaha bisnis dalam mendorong terciptanya green economy. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan untuk menyatukan semua komponen tersebut.

"Banyak yang menilai SBY sebagai figur yang mampu menyuarakan dan mempersatukan kepentingan-kepentingan yang bersebrangan tersebut," lanjut Park.

(asy/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads