Para mahasiswa ini mengenakan jas almamater kampus masing-masing dan membawa bendera organisasi. Mereka berorasi secara bergantian.
"Kami memang tidak hidup di masa lalu. Tapi kami tidak mau beban moral sosial politik akibat tidak terselesaikannya kasus HAM terus menghantui hingga anak cucu nanti," kata koordinator aksi, Reza di depan Kantor Transisi, Jl Situbondo, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus-kasus pelanggaran HAM yang mereka maksudkan adalah kerusuhan Mei 1998, Kasus Trisakti Semanggi I dan II, penghilangan paksa aktivis pro demokrasi 1997-1998, tragedi Talang Sari Lampung, Peristiwa Tanjung Priok hingga tragedi 1965.
Mereka mengaku sebelumnya telah bertemu dengan Deputi Tim Transisi Akbar Faisal untuk membicarakan hal ini. Menurut Reza, Tim Transisi menunjukkan keseriusannya untuk merumuskan penyelesaian kasus tersebut.
"Perwakilan Tim Transisi menjelaskan bahwa pemerintahan Jokowi-JK akan serius berupaya menyelesaikan kasus ini, meskipun mereka tidak memberikan jaminan kasus-kasus ini Akan selesai," ujarnya.
Namun Reza juga keberatan dengan ucapan Deputi Tim Transisi yang lain, Andi Wijayanto. Di mana menurutnya, Andi pernah menyebutkan bahwa Pengadilan HAM Ad Hoc tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu dekat. "Ini sungguh menyakitkan kami," tutupnya.
Aksi ini, menurut Reza digelar sekaligus memperingati 15 tahun tragedi Semanggi II yang menewaskan Yap Yun Hap, mahasiswa FT UI. Massa mulai meninggalkan Kantor Transisi sekitar pukul 15.00 WIB. Aksi ini berlangsung tertib dan mendapat penjagaan dari aparat kepolisian.
(kff/vid)