"Terlepas dari keseriusan sebagai pencerminan atas kesungguhan dari majelis hakim dalam upaya menghadirkan keadilan, kepastian dan kemanfaat hukum dalam perkara ini, namun sentilan-sentilan segar tetap diberikan kesempatan hadir di tengah-tengah persidangan," ujar Jaksa Yudi Kristiana dalam pembukaan surat tuntutan untuk Anas yang dibacakan 9 September 2014 silam.
Yudi yang merupakan koordinator tim jaksa yang melakukan penuntutan terhadap Anas, mengatakan sentilan-sentilan segar ini memberikan poin plus tersendiri, dalam suatu proses persidangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sentilan-sentilan pun tetap diberikan kedua kubu dalam suratn tuntutan yang dibalas dalam pledoi. Jaksa Yudi menyampaikan pesan tertentu kepada Anas yang diketahui menggunakan nama tokoh pewayangan Wisanggeni dalam profil blackberry messengger-nya.
"Kami berharap semoga terdakwa Anas Urbaningrum yang mengidentikkan diri sebagai sosok Wisanggeni bukan semata-mata memperlihatkan kesaktiannya yang tak tertandingi untuk membuat kayangan bubar. Tetapi benar-benar bertindak dengan hati yang dipenuhi keluhuran budi, untuk rela berkorban demi keutuhan negeri," ujar Yudi di bagian akhir surat tuntutan.
โDalam dunia pewayangan, Wisanggeni dikenal sebagai putra Arjuna yang dikenal pemberani, tegas dalam bersikap, serta memiliki kesaktian luar biasa. Wisanggeni dan Antasena dikenal sebagai martir dalam perang Barathayuda, mengorbankan diri mereka untuk kemenangan Pandawa.โ
Terkait dengan kisah itu, Jaksa Yudi juga memiliki pesan khusus kepada Anas yang disebut dalam surat dakwaan menghimpun dana dari berbagai proyek untuk rencana pencapresan pada 2014. "Meskipun terdakwa tidak bisa ikut dalam kontestasi Barathayuda Pilpres 2014, tetapi pengorbanannya menjadikan unggulan Pandawa dalam perang Barathayuda. Bukankah Ronggowarsito pernah: Surodiro Jayadiningrat, Lebur Pangestuti," kata Yudi.
Satu pekan kemudian Anas yang mendapatkan kesempatan untuk membacakan pledoi pribadi, membalas. Mantan Ketum Demokrat ini menggunakan sejumlah ungkapan dalam bahasa Jawa dan sepenggal pantun melayu.
"Saya hanya ingin mengangkat sedikit mutiara nilai kearifan Jawa, yakni `Ojo Dumeh` dan `Ojo Adigang, Adigung Adiguna`. Secara sederhana `Ojo Dumeh` bermakna jangan sombong. Sedangkan `Ojo Adigang, Adigung, Adiguna` juga bermakna pesan dan peringatan kepada siapapun yang memiliki kelebihan, kekuatan, kedudukan, kekuasaan dan kewenangan untuk tidak bersikap sewenang-wenang," kata Anas.
โ
"Agar siapa yang mempunyai kekuatan, kedudukan, kekuasaan dan kewenangan tidak terjebak pada sikap `sapa sira, sapa ingsun' atau siapa kamu, siapa aku karena segala sesuatu ada batasnya dan ada pula masanya," sambungnya.
Anas juga menyebut bahwa di atas segalanya ada kekuasaan Tuhan dan "Gusti Ora Sare" yang artinya "Tuhan tidak tidur". Menurutnya, Tuhan akan menuntun karma kepada siapapun sesuai dengan logika alam.
Selain menggunakan ungkapan bahasa Jawa, Anas pun sempat berpantun dalam bahasa Melayu. Dalam pantun โitu, Anas menyatakan keputusan hakim adalah putusan berdasarkan nurani. "Biarlah JPU bertindak sesuko hati, hambo percaya majelis hakim memutus sesuai hati. Rencana Tuhan Insya Allah rencana terbaik," kata Anas.
(fjp/imk)