Thayer Hall merupakan salah satu gedung di West Point, markas Akademi Militer Amerika Serikat (United States of Military Academy/USMA), sebuah akademi militer yang paling disegani di Amerika Serikay. Di Thayer Hall, memang banyak ruangan kelas. Setiap ruangan, ada sekitar 20 kursi untuk kadet.
Saat itu, pukul 10.00 hari Senin (22/9/2014), suasana di gedung itu tampak tenang. Semua kadet sedang belajar di kelas. Di kelas yang terletak di sudut lantai, seorang instruktur yang di dadanya tertulis nama 'Clark' itu sedang mengajarkan tentang pedang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang instruktur yang sepertinya melihat ada yang memotret kelas dari luar langsung berjalan menuju pintu kelas. Dia buka pintu kelas lebih lebar dan mendatangi beberapa wartawan. Sang instruktur mungkin terganggu dan akan menegur beberapa wartawan Indonesia itu.
Marah? Bukan. Sang instruktur malah senyum-senyum dan malah mempersilakan para wartawan untuk memotret lebih leluasa. Pintu dibuka lebar, sang instruktur pun kembali melanjutkan mengajarnya. Dia mengambil beberapa pedang dengan jenis yang berbeda. Dia membuka pedang dari sarungnya dan memperlihatkan kepada para kadet. Dia putar-putar pedang dan memainkannya seperti saat bertarung.
Setelah itu, dia memberikan pedang itu kepada beberapa kadet. Kadet-kadet diminta untuk mencoba beraksi dengan pedang itu. Suasana kelas tidak tegang sama sekali. Kadet-kadet itu juga tampak bersenda gurau. Apalagi saat seorang kadet perempuan berkacamata bernama Martinez diminta memainkan pedang. Para kadet lainnya tampak menyoraki perempuan cantik itu. Suasana kelas jadi sedikit gaduh. Namun sang instruktur juga tidak memarahi mereka.
Ternyata sistem belajar di ruang kelas di Akademi Militer (Akmil) tidak seangker yang dibayangkan. Tak terlihat sang instruktur membentak-bentak atau menggojlok para kadet.
Pemandangan yang sama saat berada di Robinson Auditorium, tempat Presiden SBY berpidato di depan ribuan kadet. Beberapa menit sebelum kedatangan Presiden SBY, ribuan kadet memenuhi auditorium berkapasitas 4.000 tempat duduk itu.
Nah, saat ribuan kadet sudah duduk, mereka pun berbincang-bincang dengan sesama kawannya. Suasana auditorium riuh seperti pasar.
Tiba-tiba seorang instruktur dengan suara lantang berteriak dan berpesan kepada kadet agar tertib. Suasana sempat hening sejenak. Namun, tak lama kemudian, para kadet ini berteriak 'huuu'. Instrukturnya pun tampak tersenyum saja.
Belajar di West Point, yang sering disebut kawah candradimuka-nya para prajurit dan perwira militer AS itu tak selamanya serius. Ada kalanya memang suatu saat tercipta suasana santai dan tidak tegang.
Suasana berbeda, ketika Komandan West Point Letjen Robert L Caslen Jr masuk ke auditorium. Suasana sangat hening. Begitu Caslen ke mimbar, para kadet terlihat kompak dan disiplin saat menyuarakan yel-yel. Begitu juga saat Presiden SBY maju ke panggung untuk berpidato.
Suasana tidak menyeramkan juga terlihat di kawasan West Point. Di restoran misalnya, para kadet dan instruktur juga terlihat biasa-biasa saja. Tak ada sesuatu yang terkesan tegang. Komunikasi antara kadet dengan instrukturnya berlangsung seperti biasa, tak terlihat mana senior mana yunior.
Para kadet yang digembleng di West Point juga beragam. Mereka tidak harus memiliki badan tinggi dan berbadan bagus. Sejumlah kadet terlihat memiliki badan agek pendek dan kecil. Banyak juga kadet yang mengenakan kacamata, baik kadet perempuan maupun laki-laki.
Akademi Militer West Point memiliki pemandangan yang indah. Tekstur tanahnya berbukit-bukit nan hijau penuh dengan pepohonan. Lokasi ini juga dikelilingi danau dan sungai yang cantik. Bangunan-bangunan di markas ini juga tampak indah. Ruangan-ruangan kelasnya juga nyaman.
(asy/nrl)