Butuh Kejujuran Semua Pihak untuk Tuntaskan Kasus TNI vs Polri di Batam

Butuh Kejujuran Semua Pihak untuk Tuntaskan Kasus TNI vs Polri di Batam

- detikNews
Selasa, 23 Sep 2014 10:42 WIB
Jakarta - TNI-Polri kembali berduka pasca bentrokan sejumlah anggotanya di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), pada Minggu malam (21/9/2014). Kejadian ini adalah gesekan yang kesekian kalinya antara anggota dua institusi keamanan yang seharusnya selalu bersahabat untuk memberi rasa aman dan nyaman pada masyarakat.

Akibat bentrokan itu, empat anggota TNI Angkatan Darat (AD) dari batalyon infanteri 134/Tuah Sakti Batam terpaksa dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Batu Aji Batam karena terkena tembakan senjata milik anggota Brimob Polda Kepri. TNI-Polri harus segera menuntaskan kasus tersebut dan menghukum berat semua pelaku yang terlibat dalam kejadian itu.

"Sangat disesalkan bentrokan sejumlah anggota TNI-Polri di Batam tersebut. Mereka yang seharusnya membantu mewujudkan rasa aman dan nyaman di masyarakat justru perilakunya membuat cemas dan was-was serta ketakutan rakyat sebab secara demonstratif bentrok dengan memakai senjata dan peluru tajam yang dibeli dengan uang rakyat. Butuh kejujuran semua pihak terutama yang terlibat untuk menuntaskan kasus bentrokan anggota TNI versus Polri di Batam itu," ujar pengamat kepolisian dan militer, Aqua Dwipayana, pada Selasa (23/9/2014) saat diminta tanggapannya mengenai hal tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pakar komunikasi yang enam tahun terakhir ini aktif memotivasi jajaran TNI-Polri terutama untuk mewujudkan soliditas di antara anggota kedua institusi tersebut untuk kompak menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sangat sedih dan kecewa begitu mengetahui kejadian itu. Apalagi sampai ada empat orang anggota TNI yang dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka tembak.

Menurut Aqua, kasus yang sangat memalukan dan mencoreng kedua institusi itu, TNI-Polri, seharusnya tidak terjadi jika para anggota TNI-Polri itu saling menghargai, mengangap bahwa antarmereka adalah saudara, bersikap transparan, dan tidak melakukan tindakan kurang terpuji apalagi melanggar hukum.

"Kuncinya adalah sesama anggota TNI-Polri saling menghargai. Di antara mereka tidak ada yang merasa superior dan paling hebat dibandingkan yang lainnya. Juga tidak melanggar hukum. Dengan begitu di mana pun berada, ketika bertemu saling sapa dan menghormati serta menjaga perasaan masing-masing," ujar pengajar Komunikasi di lingkungan TNI-Polri ini.

Kapuspen TNI AD Brigjen TNI Andika Perkasa membeberkan data empat anggota TNI yang menjadi korban. Mereka adalah sebagai berikut.

1. Eka Basri Praka, NRP 31050102130283. Jabatan Ta kipan A, Luka robek di Kepala depan akibat dikeroyok. Paha kiri tembus menuju belakang akibat tembakan.

2. Pratu Ari Kusdiyanto, NRP 31090067460190. Jabatan Ta Kes Kima Yonif 134/TS. Luka 2 tembusan di pergelangan Kaki kiri atas dan bawah akibat tembakan, proyektil masih bersarang. Kemarin telah dilakukan operasi untuk mengeluarkan proyektil.

3. Prada Hari sulistiyo, NRP 31130076800392. Jabatan Ta Ki Bant Yonif 134/TS. Luka tembak dari jari telunjuk kaki kanan ke bahu kaki atas, proyektil masih bersarang. Kemarin telah dilakukan operasi untuk mengeluarkan proyektil.

4. Pratu Eka Syahputra, NRP 31100367160789 Jabatan Ta Kima Yonif 134/TS luka tembak pada paha sebelah kanan.

Kapolda Kepri Brigjen Pol Arman Depari yang belum genap sebulan bertugas di Batam membeberkan peristiwa bentrokan antara anggota Brimob Batam dengan TNI di depan markas Brimob Batam, Senin dini kemarin. Bentrokan tersebut dipicu atas upaya polisi dalam menggerebek tempat penimbunan BBM di Sagulung, Batam yang berlokasi sekitar 500 meter dari Markas Brimob.

"Jadi sebenarnya saat itu ada Direktorat Reserse Kriminal Khusus yang melakukan penggerebekan tempat penimbunan BBM bersubsidi illegal milik saudari ND di Sagulung, Kota Batam. Lokasinya ini kurang lebih 500 meter di dekat markas Brimob. Anggota reserse kemudian meminta bantuan Brimob untuk memback-up dalam penggerebekan tersebut," jelas Arman kepada detikcom, Senin (22/9/2014).

Awalnya, penggeledahan di lokasi berjalan aman. Setelah selesai menggerebek, anggota polisi kemudian melakukan pemasangan police line di tempat kejadian perkara (TKP). Saat keluar itu anggota yang berjumlah 10 orang rupanya sudah dikepung oleh orang tidak dikenal.

"Anggota sendiri tidak tahu berapa jumlahnya karena banyak sekali, ada sekitar puluhan. Saat itu, anggota Polda Kepri dan Brimob hanya berjumlah 10 orang (5 Brimob dan 5 reserse). Mereka dikepung oleh puluhan orang yang berpakaian preman," ungkapnya.

Saat hendak keluar dari TKP, terjadi percekcokan yang berujung pada perkelahian. Saat itu, salah satu anggota Brimob mengalami luka akibat pukulan helm di kepalanya. Tidak hanya itu, massa juga merusak satu unit mobil anggota di TKP penimbunan BBM tersebut.

"Dalam keadaan terjepit anggota lari sambil buang tembakan 1 kali (masih di TKP penggerebekan)," imbuhnya.

Sesaat setelah kejadian, TNI-Polri secara terpisah menginformasikan kronologis kejadiannya ke media. TNI AD diwakili Andika, sedangkan dari Polri disampaikan oleh Arman. Laporan dari TNI AD lebih lengkap dibandingkan yang dibuat Polri.

"Jika dibaca laporan kronologi kejadian yang dibuat masing-masing institusi itu, tidak sinkron. Antara laporan yang satu dengan yang lainnya bertolak belakang. Terkesan saling membela diri dan menyalahkan pihak lain. Sehingga kalau hal tersebut dibiarkan, tidak ada titik temunya dan sulit mengharapkan penuntasan segera kasus itu," ujar kandidat doktor dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung ini.

Inisiatif Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, yang sedang berada di Australia untuk menghadiri Chief of Staff Armys Excercise 2014 dan Kapolri Jenderal Sutarman membentuk tim investigasi sesaat setelah kejadian, perlu diapresiasi. Cuma diharapkan masing-masing pihak mengirimkan anggota tim yang dapat melihat secara jernih persoalan yang terjadi, obyektif, fair, adil, arif, dan bijaksana. Sehingga saat sama-sama melakukan penyelidikan di lapangan dapat memutuskan siapa yang salah dan yang benar di antara semua anggota TNI-Polri yang terlibat bentrok itu.

Agar obyektif, tambah mantan wartawan Jawa Pos dan Bisnis Indonesia ini, sebaiknya tim investigasi bersama itu melibatkan orang-orang dari luar TNI-Polri yang kredibel dan selama ini diakui kompetensi dan kapabilitasnya. Ini sangat penting sebab mereka sekaligus bisa jadi penengah di antara tim investigasi TNI-Polri.

Berdasarkan laporan kronologi yang disampaikan TNI-Polri, Aqua membayangkan jika tidak melibatkan orang-orang yang independen, saat di lapangan antar anggota tim akan terjadi debat kusir. Masing-masing pihak mempertahankan argumentasinya dan merasa paling benar.

"Hal itu diperparah lagi jika ada di antara anggota TNI-Polri yang terlibat bentrok tidak bersikap jujur saat memberikan keterangan kepada tim investasi. Padahal sekecil apa pun keterangan yang mereka berikan pada tim investigasi bersama TNI-Polri sangat penting untuk mempercepat penuntasaan kasus tersebut," tegas Aqua.

Setelah tim investigasi bersama itu selesai melaksanakan tugasnya dan berhasil menyimpulkan pihak-pihak yang salah dan benar, ungkap Aqua, agar TNI-Polri tidak ragu-ragu untuk menghukum para anggotanya yang bersalah. Kedua institusi itu agar jangan menutup-nutupi kesalahan anggotanya apalagi melindungi mereka.

Kalau kesalahannya dianggap berat, kata Aqua, agar dilakukan pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH). Itu sekaligus untuk memberi efek jera (shock therapy) pada yang bersangkutan dan anggota TNI-Polri lainnya agar tidak melakukan hal yang sama sebab sanksinya berat yakni sampai pemecatan.

Sedangkan kepada Komandan Korem 033/Wira Pratama Brigjen TNI Bujang Zuirman dan Arman, Aqua menyarankan untuk dengan cepat melakukan konsolidasi dan koordinasi di internal masing-masing dan eksternal. Juga melaksanakan langkah antisipasi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. Kemudian bersama-sama mencari akar masalahnya dan dengan dilandasi niat baik segera menuntaskannya setelah ditemukan solusi terbaik.

"Kedua pimpinan tertinggi TNI AD-Polri di Kepri tersebut dengan niat baik agar sama-sama segera menuntaskan masalahnya. Kunjungan bersama ke RSUD Embung Fatimah, Batam, untuk menjenguk empat anggota TNI yang menjadi korban penembakan anggota polisi yang dilakukan pada Senin kemarin sudah tepat. Langkah berikutnya kegiatan serupa dilakukan ke markas komando (mako) Brimob Polda Kepri dan mako batalyon infanteri 134/Tuah Sakti Batam untuk menenangkan anggota TNI-Polri yang bertugas di dua mako pasca bentrokan tersebut," ujar Aqua.

Menurut Aqua yang sehari-hari aktif bersilaturahim dan berdiskusi dengan petinggi TNI-Polri, bagi Zuirman kejadian itu past sangat tidak mengenakkan. Apalagi setelah bertugas sekitar setahun di provinsi itu, dalam waktu dekat dia akan meninggalkan Kepri untuk melaksanakan tugas baru sebagai Staf Khusus Kepala Staf Angkatan Darat di Mabes TNI AD di Jakarta. Sebagai penggantinya adalah Danrem 061/Surya Kancana Bogor Kolonel Inf Eko Margiyono.

Hal yang sama tambah Aqua, pasti dirasakan Arman. Apalagi mantan Direktur IV Narkoba Badan Reserse Kriminal Polri Mabes Polri tersebut baru sekitar dua minggu bertugas di Kepri.

"Semoga Pak Eko yang merupakan jenderal pertama di angkatan 1989 TNI AD dapat memperbaiki hubungan antara TNI AD dan Polri di Kepri lewat jalinan yang harmonis dengan Pak Arman. Melihat rekam jejaknya selama ini yang pernah sekitar 19 tahun bertugas di Komando Pasukan Khusus dan sebagai Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden, saya yakin beliau yang sangat rendah hati berhasil mengembalikan hubungan yang harmonis antara anggota TNI-Polri di Kepri," ujar Aqua menutup komentarnya.

(mad/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads