Kelompok bersenjata yang mengatasnamakan dirinya Tentara Khilafah itu menculik seorang turis asal Nice, Prancis, bernama Herve Gourdel (55) saat sedang berpelesiran di Tizi Ouzou, Aljazair. Seperti yang dilansir oleh Reuters, Selasa (23/9/2014).
"Seorang warga negara Prancis diculik pada hari Minggu (21/9) di Algeria, di wilayah Tizi Ouzou. Sementara ia sedang berlibur di sana," kata wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Alexandre Georgini dalam sebuah pernyataan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Luar Negeri Prancis menegaskan bahwa video yang beredar tersebut otentik. Penculikan terjadi hanya beberapa jam setelah juru bicara ISIS Abu Muhammad al-Adnani mendesak pengikut ISIS utnuk menyerang warga AS, Prancis dan negara lainnya yang tergabung dalam koalisi menghancurkan kelompok radikal.
Dalam video berdurasi empat menit itu, Gourdel berada di tengah dua pria berpenutup wajah yang memegang senjata laras panjang. Gourdel mengaku tiba di Aljazair pada 20 September dan diculik pada keesokan harinya.
"Saya di tangan Tentara Khilafah, kelompok bersenjata Aljazair. Kelompok ini meminta saya untuk Anda (Presiden Prancis Hollande) tidak ikut campur tangan di Irak. Mereka menyandera saya, dan saya mohon Bapak Presiden untuk melakukan segala sesuatu agar saya dapat keluar dari situasi buruk ini," ujar Gourdel dalam video berjudul 'Pesan dari Tentara Khilafah di Algeria untuk ... Hollande'.
Video dimulai dengan foto pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi. Lalu seorang anggota Tentara Khilafah dalam video itu menyatakan memberikan waktu 24 jam bagi pemerintah Prancis untuk menghentikan serangannya ke ISIS. Jika tidak dipenuhi, Gourdel akan dibunuh.
"Kami, Tentara Khialfah di Aljazair, sesuai dengan perintah pemimpin kami Abu Bakr al-Baghdadi, memberikan waktu 24 jam kepada Presiden Prancis untuk menghentikan permusuhan terhadap ISIS. Untuk menyelamatkan nyawanya (Gourdel), Anda harus secara resmi mengumumkan akhir dari permusuhan terhadap ISIS," ujar anggota Tentara Khilafah dalam video tersebut.
Namun ancaman itu tidak diterima mentah begitu saja oleh pemerintah Prancis. Presiden Hollande melakukan komunikasi dengan Perdana Menteri Aljazair Abdelmalek Sellal untuk berupaya menemukan dan membebaskan sandera.
(vid/dha)