Salah satu pemondokan yang dikunjungi anggota DPR adalah pemondokan kecil berlantai 3 bernama Malhade Al asfi yang menurut para jamaah berjarak lebih dari 2 km dari Masjid Nabawi. Rombongan DPR tersebut mengunjungi pemondokan pada Senin (22/9/2014).
Kondisi pemondokan ini cukup memprihatinkan, satu kamar diisi sampai 8 orang jamaah haji. Kamar yang sempit diisi tiga jamaah haji. Lift pondokan sudah terlihat tua dan tak bisa difungsikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mandi, para jamaah haji harus antre terlebih dahulu. WC jongkok model lama menempel di lantai kamar mandi. Kepada rombongan DPR, para jamaah haji asal kloter 31 embarkasi Surabaya itu menyampaikan keluhannya.
"Makan sering telat, air sering mati, tivi juga cuma hidup separuh dan banyak semutnya. AC itu baru diperbaiki, kalau malam menjerit-jerit. Jadi jangan main-main tidur di sini kalau nggak ngantuk benar," kata salah satu kepala rombongan jamaah haji.
"Dulu katanya seperti hotel bintang 3 ternyata hotel bintang 7," canda salah seorang jamaah. "Bintang 9 kali Pak," sahut Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziah.
Saat sejumlah anggota DPR berada di dalam kamar berisi 8 orang jamaah perempuan, seorang dokter yang naik haji reguler, dr Agus, menghampiri. Sembari berkalung handuk hijau bersiap madi, dr Agus menantang para anggota DPR tidur di pemondokan jelek mereka itu semalam saja.
"DPR coba tidur di sini satu hari saja pas liftnya mati, pas mau antre mandi," tantang Agus.
"Memahami sesuatu kan tidak harus merasakan langsung," kata anggota Komisi VIII DPR dari PKS Raihan Iskandar sembari tersenyum seraya menyalami dr Agus.
"Nggak bisa dong Pak. Kalau seperti ini seharusnya ada kompensasi. Angkutan saja tidak ada," protesnya.
Namun sang dokter kemudian mengalah. Ia memilih kembali mengantre untuk mandi di pemondokan sederhananya itu.
Rombongan DPR sendiri akan berada di Tanah Suci sampai tanggap 27 September mendatang. Selama di Madinah, DPR tinggal di Hotel berbintang 5 di dekat Masjid Nabawi.
(van/vid)