"Ini adalah salah satu contoh jamaah haji yang ditempatkan di luar markaziyah. Kalau menurut data jaraknya 900 meter tapi menurut jamaah beragam ada yang merasa 2 km ada yang 1,5 km," kata Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziah, di depan pemondokan yang dihuni jamaah haji kloter 31 dari embarkasi Surabaya tersebut.
Pemondokan jamaah haji yang dihuni jamaah asal Situbondo tersebut bukanlah hotel tapi flat yang sudah cukup tua. DPR melihat langsung kondisi fasilitas yang jauh dari mumpuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanan pagi yang harusnya diberikan pagi dicampur dengan pada saat makan siang. Ini problem karena jamaah kita itu setelah salat Subuh pulang dan untuk sampai dzuhur mereka butuh stamina," imbuh Ida.
Evaluasi untuk Kemenag
Ida pun meminta Kemenag melakukan evaluasi. Semua jamaah haji harus mendapatkan standar pelayanan yang sama.
"Harusnya standarnya sama, jaraknya markaziyah itu 650 meter tidak sampi 1 km. Kemudian katering dua kali makan dan paginya mendapatkan snack. Mau paginya mendapatkan apapun itu hak jamaah," katanya.
"Ada yang menerima ini sebagai ujian ada yang biasa merasakan seperti ini. Tapi buat Kemenag pelayanan itu seharusnya ada standar," imbuh Ida.
βDia berharap jamaah haji gelombang dua mendapat pelayanan yang lebih baik. Para jamaah haji yang akan ke Madinah setelah puncak haji diharapkan ditempatkan di dalam markaziyah.
"Harus dipastikan bahwa majmuah menjalankan kontrak. Ini harus ada konsolidasi agar meningkatkan jamaah di Madinah lebih baik lagi.
Mungkin gelombang kedua bukan peak season lagi jadi ada ruang itu untuk memberikan pelayanan di dalam markaziyah," imbaunya.
β"Saya kira perlu diperhitungkan mestinya kalau ada ada majmuah wanprestasi dari majmuah itu perlu konsekuensi maybe itu pengembalian refund saya kira pelajari kontraknya," pungkasnya.
(van/mpr)