Rekomendasi agar Megawati memimpin PDIP pada periode 2015-2020 ditelurkan di Rakernas IV PDIP di Semarang, 19-20 September 2014 lalu. Megawati menerima rekomendasi itu dengan penuh haru.
Megawati punya catatan panjang di posisi Ketum PDIP. Jika jadi ditetapkan di Kongres 2015, dipastikan catatan itu akan bertambah panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karier politik Mega di PDIP terus menanjak. Tahun 1993, dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum.
Menurut catatan wikipedia, saat itu pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI. Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.
Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat beberapa aktivis mendekam di penjara.
Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Mega. Malah, ia makin mantap mengibarkan perlawanan. Ia memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan. Mega tetap tidak berhenti. Tak pelak, PDI pun terbalah dua: PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak pada Mega.
Keberpihakan massa PDI kepada Mega makin terlihat pada pemilu 1997. Perolehan suara PDI di bawah Soerjadi merosot tajam. Sebagian massa Mega berpihak ke Partai Persatuan Pembangunan, yang kemudian melahirkan istilah "Mega Bintang". Mega sendiri memilih golput saat itu.
Pemilu 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Meski bukan menang telak, tetapi ia berhasil meraih lebih dari tiga puluh persen suara. Massa pendukungnya, memaksa supaya Mega menjadi presiden. Mereka mengancam, kalau Mega tidak jadi presiden akan terjadi revolusi.
Namun alur yang berkembang dalam Sidang Umum 1999 mengatakan lain: memilih KH Abdurrahman Wahid sebagai Presiden. Ia kalah tipis dalam voting pemilihan Presiden: 373 banding 313 suara.
Setahun setelah pemilu, pada tahun 2000, PDIP menggelar Kongres I di Semarang, Jawa Tengah. Megawati kembali terpilih sebagai Ketum PDIP.
Setahun kemudian, Megawati menggantikan posisi Presiden Abdurrahman Wahid. Sidang Istimewa MPR, 23 Juli 2001, telah menaikkan statusnya menjadi Presiden, setelah Presiden Abdurrahman Wahid dicabut mandatnya oleh MPR RI.
Megawati menjadi presiden dengan merangkap jabatan sebagai Ketum PDIP. Era pemerintahan Megawati ditandai dengan semakin menguatnya konsolidasi demokrasi di Indonesia.
Dalam masa pemerintahannya pemilihan umum presiden secara langsung dilaksanakan dan secara umum dianggap merupakan salah satu keberhasilan proses demokratisasi di Indonesia. Namun Megawati kalah dalam pemilihan umum presiden 2004 tersebut dan harus menyerahkan tonggak kepresidenan kepada Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada 28 Maret 2005, Kongres II PDIP dibuka di Sanur, Bali. Kongres ini diwarnai aksi sekelompok kader yang meminta reformasi di dalam tubuh PDI-P dan terkumpul dalam "Gerakan Pembaruan PDI-P".
Kongres ditutup pada 31 Maret, dua hari lebih cepat dari yang direncanakan, dengan terpilihnya kembali Megawati Soekarnoputri secara aklamasi oleh sekitar 1.000 utusan PDI Perjuangan dari seluruh Indonesia sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan periode 2005-2010 beserta sejumlah pengurus lainnya. PDIP berada di luar pemerintahan selama periode ini.
PDIP menggelar Kongres III di Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, April 2010. Seperti kongres-kongres sebelumnya, Megawati kembali terpilih sebagai Ketum PDIP. Pada periode ini, PDIP tetap berada di luar pemerintahan.
Dan pada Rakernas IV PDIP di Semarang, Megawati sudah terpilih sebagai Ketum PDIP 2015-2020 lebih cepat dari biasanya. Mega terpilih 1 tahun sebelum kongres digelar. Akankah Megawati jadi ketum seumur hidup?
(trq/erd)