Selain karier cemerlang, keseharian seorang ajudan Presiden tak lepas dari kisah-kisah unik. Salah satu kisahnya ditulis Guntur Soekarnoputra dalam bukunya, 'Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku'.
Saat itu, suatu hari di tahun 1956 Presiden Sukarno tengah dalam lawatannya di Amerika Serikat. Bung Karno dan rombongan, termasuk Guntur yang ikut dalam lawatan menginap di President Suite Room, Hotel International Waldorf Astoria, Amerika Serikat. Di hotel tersebut ada 4 lift yang masing-masing dijaga seorang perempuan cantik.
Seperti biasa usai seharian mengikuti kegiatan kenegaraan, rombongan presiden beristirahat di kamar. Termasuk Guntur yang ditemani salah satu ajudan Bung Karno. “Sebut saja namanya Pak X,” kata Guntur dalam buku, Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku seperti dikutip detikcom, Kamis (18/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dengan berbagai alasan, Pak X mencoba ke luar kamar. Guntur yang saat itu masih kanak-kanak tentu tak mau ditinggal. Namun bukan orang tua, kalau tak bisa mengakali si anak kecil. Kebetulan rokok Pak X kehabisan rokok, maka digunakanlah alasan ini: Pak X (X), Guntur (G).
Pak X : Mas Pak X turun dulu ya, mencari rokok?
G : Halah di sini aja, Pak. Saya kan jadi sendirian.
Pak X : Rokok habis nih. Mulut asem.
G : Udah gak usah ngerokok, makan permen saja. Itu di koper saya ada permen enak.
Pak X : Halah sebentar aja kok Mas. Tidak lebih dari 10 menit..
G : Betul lho gak lebih dari 10 menit
Pak X : Iya...iya.. 10 meniiittttttttt..
Setelah Pak X pergi jadilah Guntur sendirian di kamar. 10, 20, 30 menit namun Pak X tak kunjung kembali. Hingga hampir satu jam, yang ditunggu tak kunjung kembali. Maka Guntur bermaksud menyusul. Di depan lift Guntur bingung. Beberapa kali tombol dipencet, tapi lift tak bisa berhenti.. naik...turun lagi, naik.. turun lagi. Saking dongkolnya, Guntur akhirnya mendiamkan lift sampai berhenti sendiri.
Saat berhenti, keluarlah Pak X dengan nafas terengah-engah sambil menyeka keringat. “Ah, mas Pak X hampir matiiiii, liftnya rusak gak bisa berhenti,” kata Pak X meyakinkan Guntur.
Keesokan harinya, rombongan Presiden Sukarno berniat meninggalkan hotel tersebut. “Pak jangan pakai lift itu, liftnya rusak,” kata Guntur kepada bapaknya saat akan menggunakan lift tersebut. “Oh iya, masa mas?,” jawab Sukarno.
“Iya waktu kemarin dipakai Pak X, liftnya tidak bisa berhenti,” kata Guntur.
“Eh.....Miss... it is out of order?,” Sukarno bertanya kepada petugas perempuan yang memang ditugaskan menjaga masing-masing lift.
Belum juga penjaga itu menjawab, Pak X sudah menimpali. “B...b...b...betul Pak, liftnya kemarin maacet,” kata dia dengan gemeteran. “Tuh bener kan pak, aku kemarin nungguin sampai setengah jam,” kata Guntur.
Presiden Sukarno melirik ke arah ajudan tersebut. Sang ajudan antara tersipu, dan takut. “Wes ayuk, naik lift ini. Lift ini gak rusak kan Pak X?,” tanya Bung Karno. “Ti....ti...tidak Pak,” kata Pak X. Rupanya Bung Karno tau yang dilakukan sang ajudan malam sebelumnya. “GRAGAS (rakus) kamu,” kata Bung karno sambil melirik ke arah ajudan tersebut. Sang ajudan hanya tersipu malu.
Dan setelah sekian lama, barulah akhirnya Guntur tau alasan lift yang membawa Pak X tak bisa berhenti. Apalagi di dalam lift itu ada satu perempuan cantik yang menjaga.
(erd/ndr)