Pengolahan limbah tinja di Pulogebang, Jakarta Timur saat ini diprotes warga karena aromanya yang tidak sedap padahal instalasi pengolahan tersebut sudah didirikan cukup lama. Limbah tinja sebenarnya bukan murni 'buangan'. Dia pun bisa diolah kembali menjadi hal yang bermanfaat bagi manusia.
"Limbah tinja yang diolah menjadi biogas dan pupuk sebenarnya sudah umum di negara lain, misalnya di Tiongkok. Sayangnya di Indonesia belum," kata praktisi biogas, Zuhdi Ahsasin ketika berbincang dengan detikcom, Kamis (18/9/2014).
Zuhdi menuturkan bahwa tinja bila terdegradasi maka otomatis akan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Hanya saja, karena ada bakteri Escheria coli pada tinja sebelum diolah, pupuk tinja hanya boleh digunakan ke tanah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Metode lainnya adalah dengan memanfaatkan tinja menjadi biogas. Biogas adalah bahan bakar yang diperoleh dengan cara memproses limbah/sisa pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau campuran di antara limbah tersebut dalam sebuah alat yang disebut digester. Pemanfaatan biogas dapat mengurangi emisi gas metana (CH4). Bila tinja tersebut dipusatkan di dalam digester, jumlah gas metana dapat dikumpulkan sehingga menghasilkan biogas.
Biogas memang umumnya menggunakan kotoran hewan, namun pemanfaatan dengan tinja manusia juga sudah dipraktekkan di berbagai wilayah di Indonesia. Masyarakat pun mendapat keuntungan karena dapat memanfaatkan biogas alih-alih menggunakan gas tabung untuk memasak. Proyek-proyek biogas dari tinja manusia juga menjadi penelitian dari berbagai kampus.
"Kendalanya memang kalau gas dari tinja masih sedikit, jadi biasanya kita campur dengan kotoran hewan," ucap Zuhdi.
Dia sudah pernah mempraktekkan metode biogas ini di sejumlah penjara di Indonesia. Saat ini, Zuhdi juga sedang meriset untuk menerapkan teknologi yang sama di asrama-asrama kampus.
Tentunya, tinja harus diolah dengan metode yang benar sebelum bisa dimanfaatkan kembali. Ada banyak tahapan pengolahan tinja, salah satunya adalah dengan menggunakan pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroba untuk menguraikan material organik yang berada di dalamnya tinja. Aspek teknis dan kimiawi juga diperhatikan untuk memastikan tinja tersebut aman untuk 'dinikmati' kembali oleh masyarakat.
Masalah aroma dan ancaman kesehatan memang membayangi masyarakat yang tinggal di sekitar instalasi pengolahan limbah tinja. Namun, bila pengolahan dilakukan sesuai dengan standar teknis, maka masyarakat juga yang akan menerima manfaatnya kembali.
(imk/ndr)