"Bau tak sedapnya timbul saat-saat tertentu aja," ujar salah satu warga RW 07, Tomo (50) saat ditemui di kediamannya, Rabu (17/9/2014).
Selain soal bau, Tomo dan warga lainnya juga menyimpang kekhawatiran akan sumber air di lingkungan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tomo telah menuliskan surat ke balai kota. Ia mengajukan lokasi pengelolaan limbah tersebut ditutup.
"Kalau bisa ditutup aja, atau dipindah kemana yang terpenting jauh dari pemukiman penduduk," imbuhnya. Tempat pembuangan tinja itu sudah ada sejak lebih dari lima tahun lalu, tapi entah mengapa kini baunya lebih kerap terasa.
Meski diakui lokasi pengelolaan limbah itu mencemari udara sekitar. Suratno (63) warga lainnya memiliki pendapat berbeda. "Sejauh ini baunya masih wajar. Kalau ada bau sedikit-sedikit ya wajar namanya juga tinja," ujar Suratno
Suratno pun memiliki pemkiran yang berbeda. Ia tidak ingin lokasi pengelolaan limbah itu ditutup, lantaran dapat menimbulkan persoalan lain.
"Kalau di sini ditutup terus mau buang tinja di mana lagi. Bau limbah ini kan hanya kadang-kadang, lagi pula limbah tinja di sini diolah jadi pupuk," tutupnya.
(edo/ndr)