Ada sekitar 40 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di kampung tersebut. Tak jarang keingin warga untuk mendapatkan listrik hanya dijadikan komoditas politik tiap perhelatan pemilihan kepala daerah atau pemilihan legislatif.
"Sudah 45 tahun warga tak dapat aliran listrik, kita cuma diberi angin surga tiap ada pesta politik. Ada yang janjikan mau pasangin ke PLN tapi itu cuma sebatas janji, realisasinya gak ada, padahal jarak berjalan kaki dari sini ke PLN cuma 1,5 kilometer" ungkap Ustad Nurdin, tokoh masyarakat setempat kepada Detikcom, Kamis (18/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang kasihan itu kalau anak anak masuk waktu ngaji, mereka terpaksa terbata-bata membaca ayat Alquran karena tebatasnya pencahayan begitupun pas belajar di rumah hanya mengandalkan cahaya lampu centir," lanjut Nurdin.
Terakhir kampung mereka diinjak oleh pihak PLN adalah pada tahun 2010, setelah itu tak pernah kembali membawa penerangan yang diharapkan warga. "Mayoritas di sini warga nya berprofesi sebagai petani dan buruh kasar, bingung kemana lagi harus mengadukan permasalahan ini, mengajukan proposal sudah kesemua instansi terkait, sudah bosan" tutup Nurdin.
Di tempat terpisah, Sekretaris Desa Karangtengah, Cepi mengaku malu dengan keadaan warganya yang memang belum bisa menikmati listrik. Namun ia tak bisa berbuat banyak karena meski sudah berusaha mengajukan ke sejumlah pihak termasuk PLN. "Proposal banyak dibuat tapi ga ada jawaban kang," singkat dia.
Sayangnya Kepala Cabang PLN Cibadak Tutang saat akan dikonfirmasi masalah ini sedang tidak ada di tempat.
(ern/ern)