Aksi Pembakaran Hutan Kebanyakan Bermotif Ekonomi, Dilakukan Terorganisir

Aksi Pembakaran Hutan Kebanyakan Bermotif Ekonomi, Dilakukan Terorganisir

- detikNews
Rabu, 17 Sep 2014 13:08 WIB
Jakarta - Kebakaran hutan dan lahan di Riau sempat membuat Presiden SBY meminta maaf ke Singapura dan turun langsung memimpin penanganannya. Ternyata motif kebakaran hutan itu adalah uang.

"Membakar kebun pribadi dengan alasan ekonomi dan tidak dikontrol," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jl Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (17/9/2014).

Sutopo menambahkan, berdasarkan data dari Polda Riau dan Bareskrim Polri, pelaku pembakaran hutan sebagian besar mengaku disuruh pemilik lahan dengan upah Rp 500 ribu-Rp 750 ribu untuk lahan seluas 10 hektar. Pembakaran ini juga dilakukan secara terorganisir.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terorganisir dalam bentuk koperasi untuk membuka kebun kelapa sawit baru yang mudah dan murah. Ini dilakukan dengan memanfaatkan konflik penguasa adat dan pemerintah," ujar Sutopo.

Perusahan yang mendalangi pembakaran hutan dan lahan tidak ada yang mau mengakui membakar walau ada bukti-buktinya. Perusahaan-perusahaan itu juga tidak mampu me‎nangani kebakaran di arealnya karena minim peralatan.

"Ada dugaan kelompok tertentu membakar untuk memperoleh dana dan kepentingan lain dari berbagai pihak," ujar Sutopo.

Modus yang mereka gunakan adalah membakar hutan atau lahan yang jauh dari permukiman karena pengawasannya lemah. Lalu pembakaran dilakukan saat musim kering dimulai dengan membakar ranting.

"Ada juga yang membakar ban bekas yang telah dipotong-potong, diberi minyak, lalu dibakar. Setelah itu ditinggalkan. Waktu membakar dilakukan pagi hingga sore hari," kata Sutopo.

Koperasi bersama kepala adat dan lurah bekerja sama untuk mengeluarkan surat keterangan tanah per 2 hektar sesuai dengan jumlah nama anggota koperasi. Setiap nama dalam keanggotaan koperasi itu memperoleh masing-masing 2 hektar tanah‎.

"‎Karena di UU diperbolehkan membakar lahan maksimal 2 hektar. Tapi sebenarnya itu khusus warga lokal setempat, sementara ini mereka dari Sumatera Utara semua sebagian besar," ujar Sutopo.

"Kemudian dari kebakaran hutan dan lahan itu memudahkan mereka mengangkat isu lingkungan kepada sponsor. Proposalnya isinya tentang perubahan iklim global, hutan dan lingkungan. Jadi mudah memperoleh dana dari sponsor," tambahnya.



(vid/fjp)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads