Jamaah haji yang sudah menjalankan salat arbain di Masjid Nabawi mulai diberangkatkan ke Makkah. Di tengah perjalanan, jamaah singgah di 'Restaurant Indonossia' yang menyajikan berbagai makanan khas Tanah Air tercinta.
Dari namanya memang benar rumah makan ini milik orang Indonesia. Pemiliknya adalah Hajah Nurmila, ibu asli Sumenep yang sudah 14 tahun mengadu nasib di Tanah Suci. Langkah bisnis Ibu Nurmila cukup berani. Anggaran mendirikan restoran berukuran 20 x 10 meter ini tidaklah murah.
"Ini baru buka tanggal 15 Rajab. Modalnya 800 juta rupiah, sewanya satu tahun 6.000 riyal, akad beli tiga tahun 75.000 riyal. Ini baru buka di musim haji ini," kata Nurmila sembari melayani pembeli yang sebagian besar adalah jamaah haji Indonesia ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegunjung restoran ini pun sangat fantastis. "Bisa 50 bus sehari datang," katanya sembari tersenyum.
Wajar saja banyak bus mampir. Nurmila selalu memberi 'sedekah' kepada para sopir. Para sopir yang datang diberi makan-minum gratis plus uang bensin sekitar 30 riyal.
Makanan yang disajikan pun cukup beragam, ada soto, bakso, ayam bakar, ikan dan lainnya. Harganya pun termasuk bersahabat. Di restoran yang terletak di tengah-tengah jalur Madinah-Makkah ini juga disediakan berbagai minuman segar yang selalu diserbu jamaah saat tiba.
"Ayam panggang 10 riyal, bakso dan soto 10 riyal," ujarnya saat seorang pembeli bernama Marlon yang tak lain jamaah haji dari kloter sembilan embarkasi Ujung Pandang menanyakan harga makanan yang dipesannya.
Nurmila dan suaminya bergantian memasak dan melayani pembeli. Beberapa asisten juga dipekerjakan. Restoran ini juga melayani pembelian dengan uang rupiah.
Lalu, kenapa nama restorannya Indonossia? "Itu yang nulis orang sini jadi salah. Banyak yang protes Mas. Saya bilang nanti kalau selesai musim haji diganti diturunin," kata Nurmila sembari tertawa.
(van/aan)