"Dulu itu, rumah jabatan bupati saja banjir hingga selutut. Gara-gara cekdam ini, banjir tidak ada lagi," kata Dr Muchtar Nawir, tenaga ahli Bupati Bantaeng, saat menunjukkan cek dam yang dibangun Bupati Nurdin hanya satu tahun terpilih sebagai bupati.
Cekdam itu berada di Kelurahan Balang Sikuyu, Kecamatan Bantaeng, sekitar 3 KM dari pantai. Cekdam dibangun dengan anggaran Rp 14 miliar. Pembangunan cekdam ini menjadi prioritas Nurdin pada saat itu, karena tahun 2008 kota Bantaeng dilanda banjir besar yang memporak-porandakan wilayah Bantaeng. Hampir seribu rumah dan 2.000 hektar sawah terendam dan rusak. Banjir saat itu juga melumpuhkan akses Bantaeng-Jeneponto. Karena itulah, penanganan banjir menjadi program utama Nurdin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat itulah, Nurdin akhirnya membangun cekdam. Dengan cekdam ini, maka limpahan air dari delapan anak sungai tak lagi mengarah ke kota, tapi terbendung di cekdam yang sangat luas itu. Bupati Nurdin juga telah membuat sungai-sungai baru untuk mengalirkan air dari cekdam untuk irigasi. Terkait dengan pembangunan cekdam, Bupati Nurdin sudah menyiapkan 10 hektar lahan untuk pengendalian banjir ini.
Menurut Muchtar, cekdam dibangun dengan teknologi tinggi seperti di Jepang. "Jadi warga tidak usah khawatir cekdam ini akan jebol. Cekdam ini sudah berstandar internasional," kata Muchtar yang sudah mendampingi bupati sebagai tenaga ahli sejak lama.
Kini cekdam menjadi multifungsi. Selain menjadi pengendali banjir, cekdam juga berfungsi untuk irigasi, perikanan, cadangan air bersih, dan tempat wisata. Dampak cekdam ini sangat dirasakan masyarakat. Lahan-lahan sekitar yang sebelumnya tidak produktif, kini bisa mendapat sumber air dan menjadi areal persawahan yang subur. Saat detikcom berkunjung ke cekdam Selasa (9/9/2015) lalu, sejumlah warga juga tampak sedang memancing ikan.
Selain membangun cekdam, Bupati Nurdin juga menggalakkan penanaman pohon dan penghijauan. Masyarakat digerakkan untuk menanam tanaman pada akhir pekan di lingkungan masing-masing. Pemkab Bantaeng juga membibitkan pohon-pohon untuk ditanam di hutan-hutan yang gundul. Pada awal 2009, dari 15.000 hektar hutan di Gunung Lampobatang, terdapat lebih dari 10.000 hektar yang gundul. Kini, hutan-hutan itu sudah mulai menghijau kembali.
(asy/mad)