Sebagian besar sampah yang ditemukan di pantai-pantai Australia adalah sampah plastik dan menurut penelitian terbaru, sampah tersebut banyak yang kemudian ditelan oleh binatang sehingga membahayakan kehidupan mereka.
Menurut Lembaga Penelitian Utama Australia, CSIRO yang melakukan survei di sepanjang garis pantai Australia guna mengumpulkan dana mengenai sampah laut, 75 persen sampah yang ditemukan adalah sampah plastik.
"Kebanyakan sampah itu berasal dari Australia, bukan dari laut, dengan sampah-sampah itu terkonsentrasi di daerah-daerah dekat perkotaan," kata peneliti CSIRO Denise Hardesty.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampah yang ditemukan antara lain botol plastik dan kaca, minuman kaleng, plastik, balon, besi, karet, dan juga peralatan memancing dan berbagai sampah lain yang dibuang sembarangan.
Laporan ini mengatakan bahwa sampah di laut ini tidak saja membahayakan bagi pelayaran, namun juga bisa mempengaruhi perkembangan karang, bisa mematikan dan melukai kehidupan satwa liar, dan manusia
CSIRO memperingatkan bahwa sampah-sampah ini akan berpengaruh kepada kehidupan satwa karena misalnya burung bisa tersangkut atau menelan, dan juga secara tidak langsung bisa juga lewat bahan kimia yang masuk ke dalam ekosistem kelautan.
Penyu yang kecil bisa menelan berbagai sampah ini, karena plastik yang lembut dan transparan tampak seperti ubur-ubur yang menjadi makanan utamanya.
"Dalam penelitian kami, penyu hijau dan penyu laut lainnya sangat beresiko dengan sampah laut karena sampah itu berisi bahan kimia yang tidak bisa diurai," kata laporan tersebut.
Sementara itu burung akan memakan segala sesuatu yang ditemukan, mulai dari balon sampai tali plastik, dengan survei menemukan bahwa 43 persen burung laut ; berisi plastik dalam pencernaan mereka.
Kawasan yang paling berbahaya bagi burung-burung adalah di Laut Tasman, perairan antara Australia dan Selandia Baru.
"Analisa kami memperkirakan bahwa plastik yang ditelan burung ini akan mencapai angka 95 persen dari semua spesies di tahun 2050 melihat begitu tingginya tingkat produksi plastik," jelasnya.
Terjerat oleh sampah plastik juga beresiko kematian bagi penyu, lumba-lumba, ikan, kepiting, buaya dan spesies lain.
"Diperkirakan sepertiga penyu laut di seluruh dunia menelan berbagai sampah laut, dan ini terus meningkat sejak produksi plastik dimulai di tahun 1950-an," kata Denise Hardesty.
"Kami memperkirakan antara 5 ribu sampai 15 ribu penyu mati di Teluk Carpentaria setelah terjerat jala plastik, yang sebagian besar berasal dari luar negeri," tambah Hardesty. (nwk/nwk)