"Jadi sekarang haknya (Gerindra) terlalu jauh untuk suruh saya mundur," kata Ahok kepada wartawan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (15/9/2014).
"Kalau Jokowi suruh saya mundur dari DKI misalnya, nah itu masih lebih make sense. Tapi kalau Gerindra mah, jauh banget," sambung suami Veronica itu bernada tegas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang calonkan saya bukan Gerindra saja loh, ada PDIP juga. PDIP ada nggak nyuruh saya mundur? Kalau PDIP sama Gerindra suruh saya mundur pun, emang suara PDIP sama Gerindra nyampe 50% lebih?," ucapnya.
Ahok kemudian menyebut bahwa tantangan Hashim yang menyuruhnya mundur tak masuk akal. Ahok merasa yang punya peranan besar menjadikannya Wagub DKI Jakarta adalah Jokowi dan rakyat.
"Terus orang katakan Ahok itu nggak laku, cuma ketiban pulung, berarti yang jadikan saya bisa jadi wagub itu siapa? Jokowi dong. Kan saya cuma numpang Jokowi jadi wagub, bukan karena kehebatan saya. Kalau saya sendiri nggak laku. Sekarang pertanyaannya, Jokowi nyuruh saya mundur nggak?" ujarnya.
Menurut Ahok, popularitas dan elektabilitas Jokowi lah yang mengantarnya ke kursi DKI-2. Dia mendasarkan argumennya pada fakta kursi PDIP dan Gerindra waktu itu. PDIP saat mengusung Jokowi-Ahok hanya memiliki 11 kursi, dan Gerindra hanya punya 6 kursi.
Padahal, yang mereka hadapi waktu itu Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang diusung 7 parpol, di antaranya adalah 4 parpol parlemen. Jumlah kursi pendukung Fauzi Bowo-Nachrowi adalah 41 kursi DPRD DKI.
(ros/bar)