"Minta maaf sama siapa? Ngapain harus minta maaf? Inikan masalah sudut pandang saya yang berbeda dengan sudut pandang mereka. Kenapa harus minta maaf, ada yang salah?" kata Desmon di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (15/9/2014).
Desmon menyatakan ucapannya yang menyebut 'Megawati sombong' dimaksudkan positif. Seharusnya, Megawati bisa mengerti sinyal ini dan kemudian merangkul Koalisi Merah Putih. (Baca: Koalisi Merah Putih Solid karena Megawati Sombong)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kelenturan dalam berpolitik haruslah dilakukan oleh kubu-kubu yang telah bertarung di Pilpres 2014. Pasca Pilpres, seolah politik perkubuan ini menjadi kian tajam dan hanya bisa diredakan dengan komunikasi yang dijalin baik. Lalu apakah Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto juga bersedia membuka komunikasi politik dengan PDIP?
"Persoalannya, Pak prabowo ini bukan persoalan bersedia atau nggak bersedia. Ini persoalan menjaga konstituen yang memilih dia, yang selisihnya cuma beberapa juta itu (pada hasil Pilpres 2014). Kalau tiba-tiba kita bersalaman, apa perasaan pendukungnya? Itu saja alasannya, untuk tidak menciderai pendukungnya," ujar Desmond.
Desmon tidak merasa bersalah karena telah menilai Megawati sombong. Bila Megawati dan Prabowo bisa berkomunikasi dengan baik, maka minimal persaingan dua kubu, antara Koalisi Merah Putih dengan Jokowi-JK tidak akan kian tajam.
"Kalau menganggapnya bijaksana, maka ini akan dianggap: Oh, ini isyarat. Jangan sampai ini berkepanjangan. Minimal dinamika ini kesannya tidak akan gagah-gagahan berseberangan," ujar Desmon.
(dnu/trq)