Partai Golkar meriang. Bukan hanya karena kalah dalam pemilu dan pilpres, tapi juga pro-kontra jadwal Munas untuk memilih pengurus baru. Sebagian berharap tahun ini jika berpatok pada Munas di Riau yang memenangkan Ical-Akbar. Namun Ical berkeinginan untuk dilakukan tahun depan (2015).
Mengantisipasi lowongnya jabatan Ketua Umum (Ketum) yang akan ditinggal Ical, puluhan kader partai mulai bersiap diri. Nama-nama lama yang diprediksi menggantikan mereka mencuat ke permukaan. Ada yang berasal dari âkubu Akbarâ, âkubu Icalâ, âkubu JKâ, dan kubu muda loyalis partai ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari kubu Akbar Tanjung mencuat nama MS Hidayat. Menteri Perindustrian ini punya kans besar untuk menggantikan Ical. Bukan sekadar karena dukungan Akbar, kapabilitas dan kesantunannya bersikap melahirkan simpati kader lain.
Yang diposisikan sebagai representasi âkubu JKâ adalah Agung Laksono. Dengan membawa bendera Kosgoro 57, Menko Kesra ini terus âlirik-lirikanâ dengan Sekjennya, Airlangga Hartarto. Itu pula pangkal, mengapa dalam Muspimnas ormas ini di Hotel Discovery, Ancol, pekan kemarin sang sekjen terkesan ditinggal. Tidak ada namanya dalam undangan, tidak dipanggil naik panggung, tetapi berinisiatif sendiri untuk mendampingi Ical (Ketum Golkar) dan Agung Laksono .
Airlangga Hartarto masuk sebagai kader muda. Dia âdirestuiâ Ical dan Akbar Tanjung sebagai kandidat. Bersama Priyo Budi Santoso yang mendeklarasikan diri di hari Minggu (14/9) kemarin, maka calon Ketum Partai Golkar kali ini akan memecahkan rekor terbanyak.
Sosialisasi dan lobi-lobi sudah berjalan jauh-jauh hari. Program kandidat sudah dibeber, termasuk janji untuk partai jika sang calon menang. Mereka paham realitas politik yang ada. Itu karena partai politik sekarang bukan didanai anggota, tapi pengurus yang membiayai. Maka untuk urusan dukung-mendukung ketum ini, âsebaranâ uang tak terhindari. Jangan kaget jika saat ini pengurus partai ini sedang panen.
Jejak langkah itu tiba-tiba berhenti beberapa hari ini. Itu karena pernyataan Wakil Sekjen Partai Golkar, Ir Ridwan Hisjam yang menyebut Ical dan Akbar akan maju lagi. Statement itu didasari keterlibatan partai ini dalam Koalisi Merah Putih. Sebagai ketua dan penggagas, ditakutkan koalisi ini akan layu sebelum berkembang jika terjadi suksesi di tubuh Golkar.
Selain ada yang mengamini, juga tidak sedikit yang kecewa dengan ide ini. Peta yang ada telah menunjukkan, bahwa untuk DPD Tingkat I dikuasai Ical, sedang untuk DPD Tingkat II mayoritas berada dalam genggaman Akbar Tandjung. Jika pasangan ini kembali maju, maka yang lain secara matematis akan tersingkir.
Isu terbaru ini membungkam polemik para calon. Perang dukungan antar mereka mulai meredup. Mereka sedang mengamati benar-tidaknya rumor pasangan Ical-Akbar maju lagi. Sebab jika itu terjadi, maka tidak akan terjadi pengalihan kekuasaan di partai ini.
Benarkah Ical-Akbar tampil lagi? Bagaimana dengan tudingan stagnasinya kaderisasi partai ini? Melihat statement-statement partai lain anggota koalisi, rasanya itu memang bukan rumor. Partai Golkar tetap Ical-Akbar.
*) Djoko Suud Sukahar adalah pemerhati sosial budaya. Penulis tinggal di Jakarta.
(nwk/nwk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini