"Jangan sampai pulang ke Indonesia malah merusak negara sendiri," kata Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Mayjen Agus Surya Bakti dalam siaran pers yang diterima detikcom dari Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Maroko, Minggu (14/9/2014).
Kunjungan itu dilakukan BNPT pada 9 September 2014 lalu, dengan agenda bertemu sejumlah cendekiawan Islam dan Rektor Universitas Quarouaiyine Prof Rugi. BNPT juga sempat mengunjungi lembaga pemasyarakatan setempat untuk mendapatkan masukan dalam upaya deradikalisasi di Tanah Air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah, inilah bentuk soft approach yang kami lakukan, dengan cara bertemu para pelajar dan intelek Indonesia di luar negeri. Kita dapat menerima aspirasi dan informasi dari semua pihak," tambahnya.
Selama di Maroko, BNPT sempat menggelar pertemua intensif dengan PPI Maroko di Rabat pada Sabtu (13/9) kemarin. Para pelajar Indonesia kemudian melontarkan sejumlah pertanyaan, masukan dan kritikan kepada rombongan BNPT.
Pertemuan itu difasilitasi oleh staf KBRI di Maroko, Ramzy Kasri yang mengingatkan para pelajar Indonesia untuk tidak terjerumus jurang radikalisasi yang menumpulkan pemikiran. Kegiatan ini disebut sebagai pencegahan terhadap upaya kelompok-kelompok seperti ISIS/IS menjamur di Indonesia.
"Pencegahan dari hal-hal yang pernah dialami negeri kita agar tidak terjadi lagi. Dengan memaksimalkan fungsi dari seluruh komponen masyarakat, sedangkan perlindungan adalah bentuk dari kesigapan aparatur negara melindungi hal vital, VVIP, negara dan segala bentuk yang bersifat sakral bagi negara," ujar Agus.
Rombongan BNPT yang dipimpin oleh Agus itu terdiri dari Kasubdit Kewaspadaan dan Kontra Propaganda BNPT Hakam Hasan. Sementara perkawilan dari pelajar Indonesia di Maroko adalah Wakil Ketua PPI Maroko Abd Hamid.
(vid/bal)