Melihat-lihat Kuburan Massal Bangkai KRL Ekonomi di Purwakarta

Melihat-lihat Kuburan Massal Bangkai KRL Ekonomi di Purwakarta

- detikNews
Senin, 08 Sep 2014 10:24 WIB
Melihat-lihat Kuburan Massal Bangkai KRL Ekonomi di Purwakarta
Jakarta -

PT KAI telah cukup lama menghapuskan sistem perbedaaan kelas dalam perjalanan KRL Jabodetabek. Sistem ini mengakhiri kejayaan KRL ekonomi yang telah puluhan tahun melayani warga Jakarta dan sekitarnya. Saat ini bangkai KRL tersebut berakhir di Stasiun Purwakarta.

Dahulu KRL Ekonomi merupakan tulang punggung transportasi warga Jabodetabek. Harga yang sangat murah dan waktu tempuh yang relatif cepat dibandingkan bus membuat kereta ini menjadi buruan. Mulai mahasiswa, pekerja kecil dan pedagang yang membawa dagangan segunungnya, mengandalkan kereta ini sebagai sarana angkutan favorit.

Tapi KRL Ekonomi kini tinggal nostalgia. Gerbong-gerbong KRL yang telah pensiun itu kini ditumpuk-tumpuk lahan luas di seberang Stasiun Purwakarta, Jawa Barat. Ini penampakannya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ditumpuk-tumpuk Membentuk Piramida

KRL Ekonomi yang habis masa baktinya ditumpuk-tumpuk di pinggir Stasiun Purwakarta. Tumpukan paling tinggi terdiri dari 14 kereta. Kereta-kereta ini ditumpuk menjadi tiga lapis membentuk bangunan seperti piramida.

"Sudah mulai ditumpuk sejak 2012 lalu, katanya sih mau ada yang datang lagi," kata salah seorang pekerja di stasiun itu kepada detikcom, Sabtu (6/9/2014).

Di samping tumpukan ini terdapat bangunan depo yang sangat tua. Hampir seluruh semen yang menutupi tembok bangunan itu sudah hilang. Pada bagian depannya terdapat sebuah pohon beringin besar.

"Itu bangunan depo sepertinya bangunan dari zaman Belanda," kata petugas itu.

Ditumpuk Memanjang di Sekitar Stasiun

Tumpukan ini merupakan tumpukan yang paling panjang di Stasiun Purwakarta. Jumlah kereta yang ditumpuk memanjang sebanyak dua lapis ini ada sekitar 24 kereta. Kereta-kereta ini ditumpuk memanjang di sekitar Stasiun Purwakarta.

Pada bagian bawah kereta itu terdapat bekas-bekas besi dan juga kayu dari kereta tersebut. Bagian atap kereta ini sudah ada yang mulai berkarat dan juga terkelupas catnya.

Pada masa lalu banyak penumpang yang memilih naik di bagian atap KRL Ekonomi. Mereka biasa disebut atapers. Meski berbahaya mereka tetap nekat naik di atas KRL tersebut.

Berbagai upaya pernah diterapkan PT KAI untuk mengusir para atapers ini. Mulai dari mengerahkan anjing pelacak, semprotan cat, pintu koboi, sampai imbauan lewat marawis. Saat ini aksi nekat atapers sudah hampir tidak pernah ditemukan lagi karena perbaikan sistem masuk di stasiun yang cukup ketat.

Gerbong KRL Ekonomi yang Sunyi dan Berdebu

Pada masa jayanya gerbong KRL ini selalu dipenuhi penumpang. Tak hanya penumpang, para pedagang asongan yang meliuk-liuk di antara padatnya penumpang ikut memadati gerbong ini. Namun saat ini gerbong ini terlihat sangat sunyi.

Bangku-bangku dan lantai di bagian dalam kerta ini terlihat dipenuhi debu dan juga sampah. Gerbong kereta ini merupakan salah satu gerbong dari rangkaian kereta yang terparkir di stasiun ini.

Sisa-sisa Ruangan Masinis

Saat kereta penuh ruang masinis juga sering dipenuhi penumpang. Mereka berdesakan bersama masinis di ruangan tersebut. Pada bagian depan kereta juga ada yang pasangi kawat. Hal ini untuk menjegah pelemparan batu dari orang tak bertanggung jawab di sekitar stasiun.

Namun saat ini ruang masinis itu hanya tinggal kenangan. Panel-panel dan tuas kereta ini sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi.

Tumpukan KRL Karatan

Di lokasi ini juga ditemukan tumpukan KRL yang sudah berkarat. Jumlah KRL berkarat ini cukup banyak. Mereka diletakkan agak jauh dari Stasiun Purwakarta. Terlihat gerbong-gerbong ini sudah keropos karena dimakan zaman. Rumput-rumput liar terlihat tumbuh di samping KRL yang sudah uzur ini. Tak jelas dari jenis kereta mana tumpukan KRL karatan ini berasal.
Halaman 2 dari 6
(nal/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads