Seperti diketahui, pasar bebas ASEAN yang akan dimulai di akhir tahun 2015 nanti tidak hanya berlaku antar negara ASEAN saja, tetapi juga dengan 6 negara lain di luar kawasan Asia Tenggara, yaitu Tiongkok, Korea Selatan, India, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
Sebagai salah satu persiapan, Tiongkok mengambil inisiatif membangun hubungan dengan media-media negara ASEAN. detikcom, bersama 19 eksekutif media online dari 10 negara ASEAN, dan 2 perwakilan dari Sekretariat ASEAN, diundang Kementerian Luar Negeri Tiongkok untuk berkunjung ke negeri tirai bambu itu pada 30 Agustus-6 September 2014.
Media-media online yang diundang yaitu STLM dan Asian Fame Media Group dari Myanmar, Brunei Press dan The Brunei Times dari Brunei Darussalam, Agence Kampuchea Presse dan Cambodia Express News dari Kamboja, Vientiane Times dan Lao News Agency dari Laos, Media Prima Digital dan Sin Chew Media Corporation Berhad dari Malaysia, Rappler dan Daily Inquirer dari Filiphina, Lianhe Zaobao dari Singapura, dua media online Thailand, Vietnam Plus dan Nhan Dan Online dari Vietnam, serta viva.co.id dan detikcom dari Indonesia.
Salah satu agenda utama kunjungan ini adalah lokakarya bertajuk 'Pengembangan dan Kerja Sama Website Berita China-ASEAN'. Lokakarya serupa sebenarnya sudah menjadi agenda rutin yang diselenggarakan oleh Tiongkok, namun biasanya hanya mengundang media konvensional, seperti koran dan televisi. Agenda dengan media online dimaksudkan untuk membangun apa yang disebut Tiongkok sebagai E-Diplomasi.
Lokakarya ini membahas sejumlah hal, mulai dari sharing platform pemberitaan di setiap negara dan juga kemungkinan kerja sama media Tiongkok dan ASEAN. Belum ada kesepakatan yang tercipta dari lokakarya ini, namun penjajakan kerja sama antar media bisa dikatakan sudah dimulai dengan baik.
Agenda utama lainnya adalah pertemuan antara pejabat senior Kementerian Luar Negeri Tiongkok dengan media ASEAN. Berbagai hal dibahas dalam pertemuan ini, salah satunya adalah soal pemberitaan konflik Laut Tiongkok Selatan yang melibatkan sejumlah negara ASEAN dan Tiongkok.
Media dari ASEAN, terutama dari Filiphina dan Vietnam yang negaranya terlibat langsung dalam konflik Laut Tiongkok Selatan, mendapat penjelasan langsung soal pemberitaan konflik itu dari sisi pemerintah Tiongkok yang berkomitmen mencari jalan keluar terbaik.
Dalam kesempatan itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok juga menegaskan pemberitaan bombastis dari sejumlah media Tiongkok terkait konflik itu tak mewakili sikap pemerintah. Selama ini kerap muncul dugaan bahwa media di negeri itu dikontrol dan mewakili sikap pemerintah.
Jurnalis dari ASEAN juga diajak mengunjungi kantor Sohu.com, salah satu situs terbesar di Tiongkok. Para jurnalis ASEAN berkesempatan berbincang dengan pimpinan perusahaan itu dan mendapat penjelasan singkat soal perkembangan luar biasa internet di Tiongkok.
Agenda lain dalam undangan ini adalah perjalanan ke sejumlah kota di Tiongkok. Kota yang dikunjungi yaitu Beijing yang mewakili pusat pemerintahan, Yiwu yang merupakan kota perdagangan dan industri, serta Hangzhou dan Wuzhen yang merupakan kota wisata. Kunjungan diakhiri di Shanghai, kota terbesar dan terpenting di Tiongkok.
Kunjungan-kunjungan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan negeri asal panda ini secara lebih utuh melalui kota-kotanya. Tiongkok berusaha menampilkan kesiapannya untuk 'menaungi' ASEAN, yang merupakan partner dagang terbesar ketiga negeri berpenduduk terpadat dunia itu.
Sepanjang perjalanan, yang disuguhkan Tiongkok sungguh menakjubkan. Beijing tampil gagah, Yiwu sangat sibuk, Hangzhou dan Wuzhen menawan, dan Shanghai terlihat glamor. Kemajuan kota-kota di Tiongkok luar biasa.
Dengan segala kemajuannya, Tiongkok ingin mempererat gandengan tangannya dengan negara-negara ASEAN. Kini, tinggal menunggu kesiapan negara-negara ASEAN untuk mengimbangi negeri adi daya dari Asia itu.
(trq/fjp)