"Ical dan JK harus menurunkan tensinya. Keduanya harus membuka ruang komunikasi untuk menyelamatkan Golkar," ujar pengamat komunikasi politik Heri Budianto saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (6/9/2014).
Menurut Heri, perbedaan pendapat di tubuh Partai Golkar hingga berujung pada perpecahan sebenarnya bukan hal yang aneh. Dalam tubuh Partai berlambang pohon beringin itu terdapat banyak faksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Golkar ini mengambil sikap oposisi, tetapi ada kadernya di pemerintahan. Dan belum tentu juga strategis di koalisi merah putih. Jadi bagaimana sikap Golkar, baiknya ketemulah keduanya. Atau perlu ada pihak ketiga untuk memediasi, misalnya tokoh tua Golkar," ucap dosen komunikasi politik Universitas Mercubuana ini.
Heri sependapat dengan usulan sejumlah kader muda Golkar agar JK dan Ical bertemu. Pertemuan ini menurutnya untuk menyelamatkan Golkar sebagai partai besar.
Sebelumnya kader Partai Golkar yang terancam dipecat, Poempida Hidayatullah, menyatakan masalah Golkar bisa rampung asalkan syarat berat bisa dilaksanakan. Syarat itu adalah bertemunya JK dan Ical untuk membuka komunikasi.
"Masalah Golkar bisa diselesaikan oleh suhu-suhu petinggi Golkar. Kalau terjadi komunikasi kesepakatan antar Pak Ical dengan Pak JK, mungkin bisa lebih cair," kata Poempida di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Namun bertemunya Ical dan JK dinilai sulit terjadi. Ini karena ada perbedaan tajam antara mereka berdua. Ical memimpin Golkar di koalisi merah putih dan mendukung Munas 2015. Sementara JK adalah pendamping Joko Widodo yang sekubu dengan kader Golkar pro Munas 2014.
"Tapi saya tidak tahu bagaimana caranya (Ical dan JK bisa bertemu). Agak sulit, karena berbeda pandangan politik," kata Poempida.
(rmd/sip)