Ratusan pemotor hilir mudik memadati jembatan selebar 1 meter ini setiap harinya. Hak pejalan kaki bagai dirampas para pengendara motor yang tidak menampakkan sikap ramah terhadap para pejalan kaki di jembatan yang menjadi penghubung Jalan Sindang dan Jalan Pasar Uler ini.
Seorang perempuan yang akrab disapa Ny Umar ini mengaku mengaku gerah dengan perlakuan pengendara motor yang menguasai jembatan. Perempuan yang berusia 52 tahun yang sering bolak-balik melintasi jembatan itu berharap pemerintah segera menutup jembatan tersebut bagi pengendara motor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jelas dia takut tersenggol motor. "Saya lewat sini (jembatan) bawaannya takut kesenggol motor, selalu nggak tenang," terangnya.
"Saya ingin ada jembatan lain lagi biar motor-motor nggak lewat sini lagi. Saya juga bingung padahal jembatan ini kan sebenarnya buat pejalan kaki tapi justru banyak motor lewat," ujar Ny Umar yang baru pulang dari Pasar Tanah Abang ini.
Leni (36), warga Jalan Inspeksi Waduk, Koja, Jakarta Utara, menceritakan jembatan pernah ditutup oleh warga menggunakan kayu bagi pengendara motor pada 3 tahun silam. Namun, kata dia, pengendara motor emosi dan menilai warga berperilaku semena-mena.
"Dulu pernah ditutup sama warga, tapi pengendara motor marah-marah. Mereka bilang ini jalan siapa pakai nutup-nutup segala. Kalau kita jalan di jembatan dan disenggol motor, mereka juga malah marah-marah," keluhnya.
Menurut dia, jembatan dengan panjang sekitar 50 meter ini selalu padat dilintasi sepeda motor saat pagi dan sore. "Sebenarnya sih nggak boleh buat motor jembatannya tapi gimana ya pemotor juga mikir maunya cepet karena jembatan ini strategis nggak harus muter jauh jalannya," jelasnya.
(tfn/aan)