Tindakan-tindakan militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dikenal keji. Bukti-bukti yang ada mengindikasikan kelompok ekstrem tersebut telah mengeksekusi mati lebih dari 500 orang di Irak, sejak awal tahun ini.
Menurut organisasi HAM internasional, Human Rights Watch (HRW), sebagian besar yang tewas di tangan ISIS merupakan tentara Irak. Masih menurut HRW, sekitar 1.700 tentara Irak menyerahkan diri kepada ISIS pada Juni lalu, setelah kelompok radikal Sunni tersebut berhasil menguasai Mosul yang merupakan kota terbesar kedua di Irak.
ISIS kemudian merilis foto-foto dari puluhan orang berpakaian sipil yang tengah dieksekusi mati oleh regu tembak di kawasan gurun setempat. Dalam pernyataannya, ISIS menyatakan ratusan orang telah mereka eksekusi mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu lagi potongan teka-teki mengerikan berhasil diungkap, dengan lebih banyak eksekusi mati kini dipastikan," ucap Direktur Urusan Darurat pada HRW, Peter Bouckaert.
"Kebiadaban ISIS dalam melanggar hukum dan sangat menyinggung hati nurani manusia," imbuhnya.
Hingga kini masih banyak tentara Irak yang dilaporkan hilang dan nasibnya tidak jelas. Diduga kuat, mereka disandera oleh ISIS. Hal ini memicu kemarahan publik, terutama keluarga mereka.
Pada Selasa (2/9) kemarin, mereka menyerbu gedung parlemen Irak di Baghdad, untuk menuntut kejelasan atas nasib anggota keluarga tercinta mereka. Ratusan demonstran bahkan sampai menyerang sejumlah anggota parlemen dan juga staf parlemen. Mereka merusak kursi di kantin dan berusaha menduduki ruang sidang parlemen.
Namun untungnya, situasi ini berhasil diredakan dan para demonstran bersedia membubarkan diri. Ketua parlemen Salim al-Juburi juga menemui perwakilan keluarga tentara tersebut di kediamannya.
Kemudian pada Rabu (3/9), parlemen menggelar rapat khusus untuk membahas tentara yang hilang. Rapat ini dihadiri pelaksana tugas Menteri Pertahanan dan sejumlah pejabat senior Irak. Pihak keluarga para tentara juga ikut hadir.
Sebelumnya, PBB menyebutkan sedikitnya 1.420 orang tewas akibat berbagai kekerasan di negeri itu, selama bulan Agustus saja. Kekerasan tersebut dilakukan oleh berbagai kelompok militan, termasuk ISIS.
(nvc/ita)