Rasa kecewa Ahok ditumpahkan saat meresmikan sistem transaksi pembayaran sewa rumah susun melalui virtual account Bank DKI di selasar lantai dasar Rusun Marunda Cluster B Blok 2, Jakarta Utara, Kamis (4/9/2014) pukul 09.00 WIB.
Ahok yang didampingi Direktur Utama Bank DKI Eko Budiwiyono kaget saat mengambil salah satu dari 10 kartu yang akan dibagikan ke 10 penghuni rusun yang berada di 'kampung Si Pitung' itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kenapa kartunya hanya seperti ini? Saya bukan minta seperti kartu hotel, tapi kartu ATM yang ada foto dan identitas penghuni rusunnya di atas kartunya," kata Ahok kesal sambil mengangkat kartu itu.
Ahok yang terbalut baju batik warna cokelat ini berharap kartu tersebut bisa dipakai untuk mengontrol penghuni dan status kepemilikan rusun. Selama ini, kata Ahok, banyak mafia yang memperjualbelikan rusun.
"Kejadian selama ini warga miskin dikasih rusun, mereka bisa jual lagi ke warga kelas menengah yang berani beli rusun dengan harga Rp 50 juta sampai 60 juta. Kemudian mereka kembali lagi tinggal di bantaran kali. Ini kan masalah," kata Ahok dengan suara meninggi.
Dirut Bank DKI manggut-manggut mendengarkan kritik dari orang nomor dua di Jakarta itu. Ratusan penghuni rusun juga ikut mengerubung dan menyaksikan protes Ahok.
Meski memendam kesal, suami Veronika Tan ini menyerahkan kartu itu secara simbolis kepada 10 penghuni rusun. "Saya kecewa sama Bank DKI. Nanti saya ingin bikin kartu ATM untuk penghuni rusun ini ada foto dan namanya sehingga ketika saya iseng mengetok pintu dan ternyata penghuninya tidak sesuai dengan data yang kita punya. Saya bisa usir dia!" kata Ahok.
(aan/nrl)