Militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) memang memberi ancaman bagi negara Barat, namun militan tersebut bukannya tak bisa dikalahkan. Pejabat Amerika Serikat menyebut ISIS semakin lama, semakin melemah.
Direktur Pusat Antiterorisme Nasional, Matthew Olsen menyatakan tidak ada bukti yang kredibel bahwa militan ISIS yang ada di Irak maupun Suriah merencanakan serangan di wilayah AS, dalam waktu dekat.
Namun Olsen mengakui, militan tersebut memang akhirnya berusaha untuk menyerang setiap hal yang berkaitan dengan AS. Hal ini disampaikan Olsen dalam acara diskusi think-tank yang digelar Brookings Institution di Washington, AS dan dilansir AFP, Kamis (4/9/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kesuksesan serangan ini, ISIL (IS atau ISIS) kehilangan persenjataannya, mereka kehilangan perlengkapannya dan kehilangan wilayahnya," tuturnya.
Aksi gabungan dari militer Irak, pasukan Kurdi dan kekuatan udara militer AS, menurut Olsen, mampu mengungkap bahwa ISIS sebenarnya sangat rapuh terhadap aksi militer yang terkoordinasi dan efektif.
"Serangan telah dimulai untuk melemahkan momentum ISIL (IS atau ISIS) dan memberikan ruang bagi militer Irak dan pasukan Kurdi untuk menyerang," terang Olsen.
Olsen menyatakan, kemarahan yang dipicu oleh taktik brutal ISIS dan kemundurannya di medan pertempuran semakin menunjukkan kelemahan ISIS. "(ISIS) Tidak tak terkalahkan," sebutnya.
Sebagai Direktur NCTC, Olsen sering mengawasi cara intelijen AS menangani ancaman yang muncul dan pelaku teror terhadap AS. Olsen mengingatkan bahwa ISIS hanya salah satu dari banyaknya organisasi ekstremis di dunia. Dia juga mengingatkan akan ancaman yang dilebih-lebihkan oleh kelompok militan tersebut.
Namun demikian, ancaman ISIS tetap perlu diwaspadai karena mereka berbahaya, meskipun menurut Olsen, tidak sama dengan ancaman dari Al-Qaeda sebelum tragedi 11 September 2001 silam.
(nvc/ita)