Roni Saputra (29) terpaksa harus mendapatkan luka robek di mulutnya setelah dikeroyok puluhan sekuriti RSHS Bandung. Ia pun harus mengalami 8 jahitan di mulutnya akibat peristiwa tersebut.
Peristiwa berawal pada Senin (25/8/2014) lalu. Saat itu korban hendak menebus obat bagi anaknya yang telah dilakukan operasi di RSHS Bandung.
"Anak saya baru dioperasi, dan masih dirawat di RSHS. Kebetulan dokter nyaranin buat pindah ruangan juga," ujarnya kepada wartawan usai melaporkan kejadian tersebut ke Mapolrestabes Kota Bandung, Jalan Jawa, Minggu (31/8/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekuriti-nya bilang gak boleh masuk karena bukan jam besuk. Saya berkali-kali bilang mau nebus obat buat anak saya, tapi sekuriti tetap tak mengizinkan saya. Padahal waktu itu saya pake ID card. Saya terobos saja dan didorong, lalu saya dorong balik," tuturnya.
Menurut Roni, mereka sempat bersitegang, bahkan suasana semakin memanas saat sejumlah sekuriti lainnya sempat memegangi korban.
"Untungnya saya ingat anak saya yang masih dirawat, jadi saya menghindar. Saat saya menghindar dari belakang saya denger sekuriti nantang saya. Mereka bilang anak kecil nyari gara-gara," terangnya.
Tak terima dengan olokan satpam tersebut, Roni kemudian menantang satpam tersebut untuk 'duel' di luar RSHS. Ia enggan meladeni satpam tersebut karena mengingat anaknya yang masih dirawat.
"Setelah itu, pada Rabu (27/8/2014) kemarin. Sekitar jam 11 malam, saya mau nganterin baju anak saya dan ketemu lagi dengan sekuirit yang menghadang saya. Dia ngontak teman-temannya, ada sekitar 15 orang. Saya gak bisa apa-apa, dipukul, diinjak," ujarnya.
Roni lalu dibawa ke pos sekuriti. Ia sempat meminta izin untuk mengantarkan baju ke ruang Atarium tempat anaknya sedang dirawat. Namun satpam tersebut tetap memukuli Roni.
"Saya bilang ke mereka kalo mau ngehajar saya, sampai mati sekalian, kalo di sini saya gak akan ngelawan karena ada anak saya masih dirawat," katanya.
Korban sempat lolos dari penganiayaan tersebut dan lari ke ruangan tempat anaknya dirawat. Ia diobati oleh istrinya, lalu istrinya diminta datang ke pos sekuriti untuk dimintai tanda tangan perdamaian.
"Istri saya menolak, saya bilang saya bukan maling bahkan saya yang menjadi korban. Saya lalu datang ke pos, mereka memaksa meminta tanda tangan itu tapi saya menolaknya," ungkapnya.
Selanjutnya korban lalu melaporkan kejadian yang menimpanya tersebut kepada Polsek Sukajadi dengan laporan Nomor: STPL/114/VIII/2014/JABAR/ RES TABES BDG/SEKTOR. SUKAJADi.
"Saya diantar anggota untuk melakukan visum di RS Kebon Jati," tandasnya.
(avi/try)