Selain di Partai Gerindra, Suhardi adalah guru besar UGM. Ia mengawali kariernya sebagai dosen, lalu menjadi dekan Fakultas Kehutanan.
Menurut Pratikno, semasa hidupnya, Suhardi menolak mempatenkan karya-karyanya. Ia beralasan paten tidak diperlukan karena penelitiannya dibiayai negara, sehingga harus didedikasikan untuk masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beliau juga mempelopori penanaman kayu meranti, ketela, umbi-umbian seperti ganyong di lahan jati untuk menjadi ketahanan pangan," kata Pratikno saat melepas jenazah Suhardi di Balairung UGM, Jumat (29/8/2014).
Prestasi tersebut, kata Pratikno, mengantar Suhardi menjadi Ketua HKTI DIY hingga nasional serta mengantar menjadi tokoh nasional.
Selain menjadi tokoh dalam Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL), menjadi ketua umum Gerindra hingga iptek, keteladanan Suhardi diwujudkan dengan cara naik sepeda onthel saat pergi mengajar.
"Sering naik sepeda onthel. Ruangannya tidak pakai AC dan memilih menanam tumbuhan di dekat jendela," katanya.
Pratikno menambahkan, selama 26 tahun, Suhardi berpuasa mengonsumsi gandung atau dikenal dengan Sumpah Gandum. Itu sebagai bentuk protes kepada pemerintah yang tidak berpihak pada tanaman lokal.
"Profesor telo yang mendedikasikan hidupnya untuk kehidupan bangsa. Almarhum adalah sosok alumni dan dosen yang menggambarkan cita-cita Indonesia," katanya.
Suhardi dilepas ribuan civitas akademika UGM dan dimakamkan di pemakaman UGM di Sawit Sari Condong Catur Depok, Sleman, Jumat (29/8/2014) sekitar pukul 15.00 WIB. Selamat jalan, Prof.
(bgs/try)