"Bila amanah tersebut ada di pundak saya maka 3 hari dalam seminggu (Jumat-Minggu) saya akan berkantor dan tidur di rumah petani untuk mengetahui betul persoalan-persoalan mereka dan dengan segera membuat keputusan dan sekaligus mengawasi pelaksanaan program berdasarkan apa yang terjadi di tingkat bawah," kata Dwi menjawab pertanyaan detikcom melalui surat elektronik, Jumat (29/8/2014).
Cara ini menurut dia efektif untuk mengetahui permasalahan para petani. Guru besar IPB ini prihatin atas jumlah petani yang kian menurun di negeri yang agraris ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana 'tidur di rumah' petani bagi dia adalah model lain dari blusukan ala Jokowi yang akan melibatkan petani dalam perencanaan dan pelaksanaan program kementerian pertanian. Hal itu untuk mengubah sistem yang selama ini top-down dan menempatkan petani hanya sebagai obyek kebijakan menjadi birokrasi partisipatif untuk mewujudkan kedaulatan pertanian.
"Mewujudkan kedaulatan pangan dan reforma agraria untuk melayani dan memenuhi hak seluruh rakyat atas pangan yang menyehatkan serta peningkatan kesejahteraan keluarga tani melalui dukungan penuh negara terhadap redistribusi tanah untuk petani, pengarusutamaan pertanian keluarga dan agroekologi, serta pelindungan petani terhadap sistem perdagangan yang tidak adil,β tutur dia.
Sementara itu penerapan e-anggaran juga tak kalah penting dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, termasuk Kementerian Pertanian. Ketua Dewan Pembina Indonesian Center for Biodiversity and Biotechnology ini tak ingin kebijakan pemerintah mendatang soal pertanian hanya berkutat seputar impor yang akhirnya dimanfaatkan untuk memperkaya diri atau pun golongan tertentu.
Pembaca juga dapat mengirimkan informasi lain mengenai figur-figur yang layak mengisi kursi kabinet di sini.
(bpn/erd)