Yang berbeda -- ini yang membuat saya trenyuh sebagai sahabatnya -- dia selama 4 tahun terakhir hanya bisa hidup terlentang. Makan, minum, bekerja, dan lainnya harus dia lakukan sembari terlentang. Untuk buang air besar pun, dia hanya mampu melakukannya setelah berguling dari kasurnya dan sembari telungkup.
Sam lumpuh dari dada ke bawah sejak mengalami kecelakaan pada 2010 lalu. Saat ia berjalan, tiba-tiba saja dia terjatuh. Tak lama kemudian, bagian bawah tubuhnya terasa kesemutan, lalu jadi baal, sebelum kemudian lumpuh sama sekali. Rupanya, tulang belakang dia patah, syaraf utamanya terputus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang hebat, Sam tidak putus semangat. Kepada saya, dia bercerita panjang lebar -- sambil sesekali ketawa terbahak-bahak -- soal kondisinya dan perjuangannya untuk bisa sembuh. Dia juga masih bekerja.
Sam seorang programmer senior. Setelah lumpuh, dia terpaksa harus berhenti bekerja dari kantornya. Tapi, dia masih terus bekerja mengotak-atik kode pemrograman -- sambil terlentang di kasurnya. Dia terus bekerja sebagai freelance programmer. Terakhir, dia menggarap migrasi sistem IT taksi Gamya. Belum lama ini, Galileo, software company tempat dia bekerja dulu berbaik hati mempekerjakan dia lagi meskipun Sam hanya bisa bekerja sambil terlentang di kasur rumahnya.
Supaya bisa terus bekerja, Sam membuat sebuah dudukan laptop dari besi yang melintang di atas perutnya.
Samuel kini sedang mencari metoda pengobatan akternatif. Pasalnya, dokter-dokter di Jakarta sudah angkat tangan. Dia harus dioperasi tulang punggung. Untuk itu dia harus di-MRI dulu. Masalahnya, ukuran tubuh dia yang super besar tidak muat di tabung MRI di semua rumah sakit di Indonesia. Masalah lain, kalau dioperasi, meja operasi yang big size pun tidak tersedia. Dan kalaupun dia dioperasi, tidak ada pen yang cocok untuk ukurannya. Kalau dipaksakan, bisa patah dan malah fatal.
Sam yang lumpuh harus dioperasi di luar negeri. Tapi, apa daya, hidupnya jauh dari berkecukupan.
Dia kini tinggal di sebuah rumah petak di sebuah gang sempit di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat di Jl. Asem 4 No. 37, Tanjung Duren, Jakarta (dekat Masjid Nurul Ikhlas-red). Ayah ibunya sudah meninggal. Dia sendiri belum menikah. Satu-satunya kerabat dia adalah adiknya, yang juga jauh dari kaya.
"Gua belom nyerah. Gue browsing ada sinshe Shaolin yang katanya jago bener ngobatin patah tulang belakang kayak gue ini. Cuma, karena tulang belakang gue udah keburu nyambung lagi, katanya dia harus patahin dulu. Gue lagi mikir-mikir...," katanya sambil ketawa. "Yang jelas ini gak mahal, kalo mahal gue gak kuat bayar lah..."
*) Karaniya adalah sahabat Samuel
(ndr/ndr)