"Kami sampaikan apresiasi atas inisiasi dari rekan-rekan.β Kami sebagai komisi kepolisian yang juga amanat reformasi, kita ingin polisi semakin baik, dewasa, profesional, integritas, tentu itu memerlukan waktu. Sayangnya dalam dinamika antara kami dengan Polri ada yang tidak terelakkan sehingga terjadilah apa yang kita ketahui bersama," kata anggota Kompolnas, Syafruddin Cut Ali.
Syafruddin menyampaikan ini saat menerima kedatangan rombongan koalisi yang terdiri dari Presidium Indonesia Police Watch (1PW) Neta S Pane, Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti, dan Pengamat Politik Boni Hargens di kantor Kompolnas yang terletak di gedung PTIK, Jalan Tirtayasa Raya, Jakarta Selatan, Rabu (27/8/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Stakeholder kita adalah Polri, kalau menutup diri atas Kompolnas, bagaimana kita bisa bikin perbaikan. Kita harap hubungan kami dengan Polri tetap terjalin dengan baik," ujarnya.
β
Seperti diberitakan, para aktivis tersebut datang dengan mengatasnamakan Koalisi Masyarakat Sipil Tolak Kriminalisasi Kompolnas. Mereka diterima Adrianus dan anggota Kompolnas lainnya yakni Edi Hasibuan dan Logan Siagian.
Ray Rangkuti mengaku terkejut atas diperiksanya Adrianus oleh penyidik Polri. Bahkan Ray sempat mencari-cari data untuk mengetahui penyebab diperiksanya Adrianus.
"Hanya karena pernyataan beliau di salah satu televisi swasta, ada kesan Kompolnas di bawah kepolisian. Kelihatannya remeh tapi ada indikasi kuat secara psikologis," kata Ray.
Ray khawatir pemanggilan Adrianus merupakan cara polisi menganggap Kompolnas sebagai 'adik polisi'. Padahal Kompolnas merupakan lembaga di atas kepolisian.
"βKalau pemanggilan tidak kita sikapi bersama ini bencana. Seolah-olah polisi bisa bertindak semena-mena. Kalau alasannya melemahkan lembaga negara itu arogansi berlebihan. Jangankan polisi, DPR, Presiden diejek orang tapi nggak marah, nggak diapa-apain," tuturnya.
(idh/rmd)