"Indonesia sebagai negara yang berada pada jalur ring of fire, menanggung konsekuensi sebagai wilayah yang rentan terhadap peristiwa geological hazard berupa gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor. Sebaliknya, karena berada pada jalur itu pula Indonesia juga dikarunia tanah yang subur dan sumber daya alam yang melimpah, termasuk sumber daya energi," ujar Rovicky kepada detikcom melalui surat elektronik, Rabu (27/8/2014).
Sumber energi pun dibagi menjadi 2 jenis yakni yang tak terbarukan (minyak, gas, batu bara, dan nuklir) dan yang terbarukan (geothermal, air, biofuel, biomass, angin, matahari, dan energi laut). Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ini menyebut semua potensi energi itu terdapat di bumi nusantara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelangkaan BBM yang baru-baru ini terjadi pun menurut dia akibat dari pengelolaan energi yang kurang efektif. Ini merupakan 'PR' yang tidak mudah dikerjakan untuk pemerintahan selanjutnya.
"Pertama masalah kelangkaan energi. Kombinasi antara pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk menuntut penyediaan energi yang makin tinggi. Pertumbuhan ekonomi menjadikan kebutuhan energi per kapita naik. Begitu pula pertumbuhan penduduk dimana setiap bayi lahir ibaratnya membutuhkan energi. Sementara kondisi sekarang saja, aliran listrik masih byar-pet di berbagai wilayah," tutur dia.
Kemudian masalah yang kedua adalah proporsi energi fosil masih tinggi. Pada 2011, energi yang berasal dari fosil total mencapai 95 persen yakni minyak (49,5 persen) gas (20,4 persen), dan batubara (26,0 persen), selebihnya energi yang dapat diperbarui hanya kurang dari 5 persen.
Akibat dari hal itu muncul kemudian masyarakat menjadi ketergantungan terhadap BBM yang digunakan untuk transportasi, pembangkit listrik, dan penggerak mesin industri. Saatnya dilakukan revolusi BBM ke gas untuk transportasi sebagaimana dulu pemerintah pada 2005 mengkonversi minyak tanah ke LPG pada 52 juta rumah tangga.
"Keempat, pemakaian energi yang tidak efisien. Baik dari sisi elastisitas maupun intensitas, Indonesia masuk dalam kategori negera yang boros dalam pemakaian energi. Kemudian terakhir adalah sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam distribusi energi. Biaya distribusi menjadi salah satu penyebab tingginya operasional untuk pemerataan energi. Diversifikasi energi, terutama untuk listrik menjadi sangat penting mengingat tak semua wilayah kepualauan bisa terjangkau oleh infrastuktur jaringan listrik," papar pendiri forum IndoEnergy ini.
Ke depannya Indonesia harus memprioritaskan produksi energi pada jenis yang terbarukan dengan mempertimbangkan potensi di setiap wilayah atau pun energi tak terbarukan dengan cadangan yang masih banyak. Berdasarkan pertimbangan itu prioritas pengembangan energi nasional perlu difokuskan kepada gas, batubara, dan geothermal.
Pembaca juga masih dapat memberikan informasi mengenai nama-nama yang masuk dalam usulan calon menteri melalui laman www.seleksimenteri.com. Ayo kritisi dan beri saran terhadap para calon menteri!
(bpn/erd)