"16 korban ini dijanjikan bekerja di Malaysia sebagai pembantu rumah tangga. Namun kenyataannya menjadi striptis. Kemudian melayani lelaki hidung belang. Dan menjadi pendamping tamu di pub-pub karaoke di Malaysia dan Singapura," kata Kanit Human Trafficking Subdit III Dit Tipidum Bareskrim, AKBP Arie Darmanto di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (26/9/2014).
Pengungkapan bermula dari informasi yang disampaikan pihak KBRI Kuala Lumpur kepada Bareskrim. Penyidik selanjutnya melakukan penyelidikan dan bekerjasama dengan pihak kepolisian di Malaysia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Surat-suratnya palsu, paspornya asli tapi datanya palsu," kata Arie.
Dari 16 korban, 14 diantaranya sudah kembali ke daerah asal masing-masing. Sementara dua lainnya masih berada di Malaysia guna kepentingan penyelidikan. Dari pengakuan para korban, mereka diberangkatkan oleh seorang tersangka berinisial INA.
Nama tersebut juga sudah masuk dalam daftar pencarian orang di Polda Metro Jaya dalam kasus serupa, perdagangan orang.
"Terhadap INA sendiri, kita sudah buat Red Notice dan berkoordinasi dengan interpol," ujar Arie.
Licinnya INA dari sergapan petugas diduga karena tersangka memiliki banyak identitas dan menyamarkan alamat dalam identitasnya. "INA ini WNI, alamatnya masih dalam penyelidikan. Sementara menggunakan beberapa paspor atas nama yang berbeda tapi dengan foto yang sama," papar Arie.
Polisi menduga masih banyak korban lainnya yang diperdagangkan INA. "Kemungkinan ada sindikat organized crime. Kemungkinan korban banyak. Ini korban yang diamankan baru 16," kata Arie.
(ahy/fdn)