β
"Pada dasarnya isinya baik, artinya sesuai dengan harapan siswa ingin mengembangkan inovasi, komunikasi dan lainnya.β Tapi kalau dampaknya membuat anak kabur, stress dan agresif, mohon ada segera perubahan," ujar Seto.
Pria yang akrab disapa Kak Seto ini menyampaikannya saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Jalan Taman Cirendeu, Tangerang Selatan, Jumat (15/8/2014). Hadir juga dalam kesempatan itu Sekjend Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda.
Menurut Seto, dampak dari penerapan kurikulum ini adalah kian banyaknya anak-anak yang terlibat prilaku menyimpang. Hal ini dilihat sebagaimana yang telahβ disimpulkan pada kurikulum 2013 yangg telah diterapkan setahun belakangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seto mengatakan, lahirnya kurikulum ini memang disambut hangat semula, karena penekanannya adalah penyederhanaan dan membuat anak lebih senang belajar, lebih termotivasi sebab mencoba menekankan sikap keterampilan dan pengetahuan yang lebih baik, kreatif, inovatif dan produktif.
"Kalau ini bisa tercapai tentu diapresiasi. Nah masalahnya adalah dengan penambahan jam belajar. Itu selalu jadi pertanyaan kenapa, selalu dibandingkan dengan Amerika Serikat, Korsel, Singapura, Indonesia termasuk lebih pendek (jam belajarnya), iya, karena di negara-negara tersebut anak-anak senang berada di sekolah karena fasilitasnya sangat lengkap. Tetapi di negeri kita, masih banyak kekurangan, di samping keterampilan guru sendiri untuk bisa membuat pelajaran lebih menarik, kraetif dan lainnya," katanya.
(idh/aan)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini