"Sejak pukul 10.00 WIB, status Slamet dinaikkan jadi Siaga," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Surono.
Menurut dia, naiknya status pada Gunung Slamet berdasar kondisi kegempaan yang terus meningkat dan terjadi letupan lava pijar yang semakin sering. Bahkan sudah sampai 1,5 km ke arah barat daya serta diikuti suara dentuman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan Geologi merekomendaskan masyarakat dan wisatawan tidak mendekati puncak Gunung Slamet. "Radius larangan 4 kilometer," jelasnya.
Berdasarkan data dari situs Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM di www.vsi.esdm.go.id selama periode bulan Juni-Agustus 2014, jumlah gempa letusan cenderung meningkat, pada tanggal 1-11 Agustus saja sudah terekam sebanyak 474 kali gempa letusan atau 43 kejadian per harinya.
Sedangkan gempa embusan cenderung meningkat walaupun sedikit berfluktuasi. Bahkan data sejak tanggal 1-11 Agustus 2014 sudah terekam sebanyak 5.020 kali gempa embusan, atau 456 kejadian per hari.
Secara visual dalam satu minggu terakhir Gunung Slamet ditandai dengan lontaran lava pijar, suara dentuman dan suara gemuruh. Energi kegempaan (RSAM) juga menunjukkan peningkatan. Suhu mata air di Sicaya dan Pandansari juga meningkat walau sedikit berfluktuasi.
Sebelumnya pada tanggal 30 April 2014, pukul 10.00 WIB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM menaikkan status Gunung Slamet dari "Waspada" (level II) menjadi "Siaga" (level III).
Selanjutnya, PVMBG menurunkan status Gunung Slamet, dari "Siaga" menjadi "Waspada" pada hari Senin, pukul 16.00 WIB, karena aktivitasnya cenderung menurun.
Tapi sejak pertengahan bulan Juli 2014, Gunung Slamet kembali menunjukkan peningkatan aktivitas, sehingga PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM kembali meningkatkan status gunung tertinggi di Jateng itu menjadi "Siaga" pada hari Selasa (12/8), pukul 10.00 WIB.
(arb/try)