Mendikbud Keluhkan Jumlah Doktor RI Kalah Dibanding Negara Tetangga

Mendikbud Keluhkan Jumlah Doktor RI Kalah Dibanding Negara Tetangga

- detikNews
Rabu, 02 Jul 2014 20:00 WIB
Mendikbud Keluhkan Jumlah Doktor RI Kalah Dibanding Negara Tetangga
(Foto: Endro Priherdityo)
Jakarta - Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar di ASEAN, sekitar 230 juta. Namun jumlah warganya yang menyandang gelar doktor masihlah kalah dibanding negara tetangga.

"Berdasarkan penilaian global kompetitif, kita berada di tingkat menengah. Negara sebelah 250 sampai 300 doktor per sejuta populasi. Kita naik dari 98 ke 112 doktor per sejuta populasi. Kita masih sangat butuh banyak," tutur Mendikbud M Nuh tanpa menyebutkan negara tetangga mana yang jumlah doktornya melampaui Indonesia itu.

Hal itu disampaikan Nuh saat melepas 35 peserta olimpiade sains internasional di Kemendikbud , Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (2/7/2014). Nuh berharap siswa-siswa pintar yang menjadi peserta olimpiade sains internasional ini bisa menambah jumlah doktor di masa depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita harapkan mereka semua sudah jadi doktor 10-15 tahun lagi. Sehingga sebelum 30 tahun sudah jadi doktor," imbuhnya.

Nuh mengatakan bila mereka hendak melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, kesempatan beasiswa makin terbuka lebar. Nuh menyebutkan kesempatan yang besar beasiswa ke Jepang, Selandia Baru dan Australia.
Β 
"Kemarin sore menteri pendidikan Jepang datang ke saya untuk ucapkan terima kasih karena melipatkan dua kali kesempatan beasiswa siswa kita ke Jepang. New Zealand naik jadi 50. Australia juga besar," jelas dia.

Dana beasiswa itu diambil dari dana abadi pendidikan. Hingga 5 tahun terakhir jumlahnya Rp 24 triliun.

"Dari 2010 kami sudah menyisihkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya sekarang terkumpul Rp 24 triliun. Ya bulatkanlah Rp 25 triliun. Pemerintahan selanjutnya siapapun yang memegang, kita menyisihkan Rp 25 triliun setiap periode pemerintahan, maka bayangkan 2030, kita sudah mempunyai Rp 100 triliun yang dapat digunakan anak bangsa untuk bersekolah di mana saja. Kita yang biayain, pemerintah yang biayain," tutur Nuh.

Alokasi dana abadi pendidikan itu, jelas Nuh, 60-7-% untuk beasiswa. Sisanya untuk penelitian dan rehabilitasi sekolah karena bencana. Untuk porsi beasiswa, Kemendikbud membagi 3 jenis beasiswa.

Pertama adalah Presidential Scholarship , yang mensyaratkan penerima diterima di salah satu dari 50 universitas top di dunia. Kedua, Government Scholarship yang memberikan beasiswa ke luar negeri di manapun kampusnya, asal kembali ke Indonesia. Ketiga, Affirmative Scholarship, beasiswa ini adalah kelanjutan beasiswa Bidik Misi, khusus mahasiswa tidak mampu tapi punya prestasi.

(nwk/mad)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads