"Tidak ada jenderal yang berkubu, yang ada purnawirawan. Gak ada soal. Yang sewot kita. Kita gak ngerti bahwa orang-orang itu warga negara biasa. Gak usah terlalu dirisaukan," ujar Salim sebelum acara di DPD RI Senayan, Jakarta, Jumat (20/06).
Menurut Direktur Eksekutif Institut Peradaban ini, merebaknya isu terkait netralitas TNI karena ketidaktahuan publik terkait perbedaan jenderal aktif dan purnawirawan.
"Yang bikin kacau kan kita. Kalau alumni universitas dukung mendukung, persatuan mahasiswa juga dukung mendukung. Kenapa mantan TNI nggak boleh? Yang bikin ribut kan kita," paparnya.
Salim, yang mantan Duta Besar Indonesia untuk Republik Ceko ini juga
menekankan bahwa semua tentara di dunia tidak ada yang lepas dari politik, sekalipun tentara Amerika yang notabenenya merupakan negara demokrasi.
"Yang membedakan adalah seberapa jauh mereka terlibat," ujar penulis buku Militer Indonesia dan Politik: Dulu, Kini, dan Kelak, ini.
Pasangan calon presiden Jokowi-JK mendapat dukungan dari jajaran mantan jenderal di antaranya AM Hendropriyono, Agum Gumelar, Luhut Panjaitan, Subagyo Hs, Ryamizard Ryacudu, dan Wiranto. Di kubu lainnya, pasangan Prabowo-Hatta mendapat sokongan suara dari Glenny Kairupan, Moekhlaa Sidik, Suryo Prabowo, Kivlan Zen, dan Chairawan Nusyirwan.
(brn/brn)