Surat rekomendasi pemecatan Prabowo ini tertulis dalam Keputusan Dewan Kehormatan Perwira Nomor KEP/03/VIII/1998/DKP. Surat tersebut dibuat dan ditandatangani pada 21 Agustus 1998 oleh Ketua Dewan Kehormatan Perwira Jenderal TNI Subagyo Hadi Siswoyo, Sekretaris Letjen TNI Djamari Chaniago, Wakil Ketua Letjen TNI Fahrul Razi, anggota Letjen Susilo Bambang Yudhoyono, dan
anggota Letjen Yusuf Kartanegara.
Kini surat tersebut beredar luas. Kubu Prabowo langsung menuding kubu Jokowi-JK sengaja menyebar surat itu sebagai upaya black campaign untuk menghentikan laju kenaikan elektabilitas Prabowo.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo menilai ada keanehan dalam bocornya surat pemberhentian Prabowo Subianto dari TNI. Menurutnya, adanya kasus tersebut menunjukkan kubu lawan sudah sangat cemas.
"Ini sudah kelihatan sekali dokumen-dokumen rahasia menurut undang-undang itu rahasia, tidak boleh dibocorkan. Tapi saya kira ini menunjukkan bahwa pihak Jokowi Jk sangat cemas," kata Hashim usai menghadiri deklarasi dukungan Prabowo Hatta oleh 'Sakti' di Restoran Nelayan, Ancol, Jakarta Utara, Rabu (11/6/2014).
Internal Gerindra memang sangat reaktif menanggapi isu ini. Bahkan tak hanya Gerindra saja, Prabowo sendiri saat disindir Jusuf Kalla (JK) dengan persoalan HAM di masa lalu langsung berbicara keras bahwa dirinya tahu arah sindiran tersebut.
Tak dipungkiri memang persoalan itu tak bisa dinafikan begitu saja. Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA memprediksi persoalan ini bakal menghambat laju elektabilitas Prabowo jika tak ditangani dengan baik.
"Kasus bocornya dokumen pemberhentian Prabowo dan heboh di seputarnya, potensial menghentikan laju dukungan pemilih untuk Prabowo. Dengan merebaknya kasus itu, dukungan Prabowo yang tadinya terus menaik, cenderung stagnan bahkan menurun," kata Denny kepada wartawan, Rabu (11/6/2014).
Kubu Prabowo, menurut Denny harus menyikapi dengan bijaksana. Kalau terlalu reaktif malah semakin terpuruk. "Namun jika kubu Prabowo menemukan cara merespon yang dipercaya publik bahwa Prabowo tak bersalah, Prabowo-Hatta masih berpeluang. Keahlian bagi setiap kubu mengelola satu isu ini akan menentukan siapa yang akan menjadi presiden Indonesia berikutnya," simpulnya.
Lalu mampukan Prabowo keluar dari dilema masa lalunya?
(van/rmd)